Dunia esports League of Legends (LoL) kembali gempar dengan skandal pengaturan pertandingan (match-fixing). Kali ini, liga pro Vietnam, VCS, yang menjadi sorotan. Saking parahnya, skandal ini dikhawatirkan bisa menghancurkan masa depan esports di region tersebut.
Awal Maret 2024, VCS mulai curiga ada yang tidak beres dengan beberapa pertandingan di liga. Benar saja, kecurigaan itu terbukti. Penyelenggara VCS langsung bertindak dengan menutup liga dan menyelidiki para pemain dan pelatih yang diduga terlibat.
Hasil investigasi menunjukkan 32 pemain dan pelatih dari berbagai tim terbukti melakukan match-fixing termasuk Kairi dari Viking Esports. Hukuman yang diberikan pun tidak main-main. Ada yang diskors selama beberapa bulan, tahun, bahkan permanen! Nggak cuma itu, organisasi Rainbow Warriors juga kena banned total.
Skandal ini bagaikan bom waktu yang meledak di VCS. Masa depan liga pun menjadi abu-abu. Sampai saat ini, belum ada kepastian kapan VCS Summer Split akan dimulai. Roster tim-tim peserta juga masih belum final. Banyak yang bertanya-tanya, apakah VCS bisa pulih dari skandal ini?
Baca ini juga : » EVO Japan 2025 Akan Hadir, Street Fighter 6 Jadi Bintang Utama
» Mirko Terkejut dengan Ramainya Isu Transfer di MPL ID S15 Week 4
» Scrim EVOS Terungkap: Intip Persiapan Tim Menjelang Derby Klasik Lawan RRQ
» M0NESY Resmi Gabung Team Falcons dengan Mahar Fantastis: USD 2,5 Juta!
» ONIC Bungkam RRQ Hoshi 4-1, Jadi Juara ESL Mobile Masters 2025!
» RRQ Hoshi vs ONIC PH: Indonesia dan Filipina Siap Tabrakan di Grand Final ESL Snapdragon Pro Series Mobile Mas
» ESL Playoff Day 1: ONIC Gugur di Tangan TLID dengan Skor 1-3
» Coach Vren Resmi Tinggalkan Team Spirit Divisi MLBB
Salah satu faktor yang diduga memicu skandal ini adalah gaji para pemain pro VCS yang relatif kecil. Dibandingkan dengan liga pro di region lain, gaji mereka terbilang minim. Hal ini mendorong beberapa oknum untuk mencari penghasilan tambahan dengan cara haram, yaitu melalui match-fixing.
Kasus VCS menjadi pengingat bagi semua pihak di dunia esports, bahwa match-fixing adalah penyakit yang harus diberantas. Tindakan tegas dan pencegahan yang kuat harus dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang lagi.