Sebagai gamers yang sudah memainkan setidaknya puluhan lebih soulslike mengingat ini genre favorit saya, saya bisa katakan bahwa jarang sekali sebuah game debut bisa memantik intrik sekaligus frustrasi dalam kadar yang sama seperti Wuchang: Fallen Feather. Karya pertama dari Leenzee Games ini tiba dengan gemuruh janji, sebuah soulslike yang berani menyelami mitologi Tiongkok yang kaya, namun pada akhirnya, ia berjuang untuk menyeimbangkan ambisinya yang menjulang tinggi dengan eksekusi yang konsisten.
Sebuah Kanvas Visual yang Memukau
Sejak detik pertama Wuchang: Fallen Feather, kita disuguhi presentasi visual yang memukau. Berlatar belakang era Dinasti Ming yang dilanda kekacauan dan pengaruh supernatural, dunia game ini adalah sebuah mahakarya artistik.
Baca ini juga :
» Review Two Point Museum
» Review - Enotria: The Last Song
» Review - Warhammer 40,000: Space Marine 2
» Review - Astro Bot
» Review - Visions of Mana
Dari rawa-rawa berkabut yang diselimuti kabut mistis hingga kuil-kuil kuno yang megah dan reruntuhan kota yang dihuni kegelapan, setiap lokasi terasa dirancang dengan cermat dan penuh detail.
Desain karakter, terutama para bos, sungguh imajinatif dan menakutkan, memadukan elemen sejarah dengan fantasi gelap yang mengerikan. Ada keindahan yang suram dalam estetika "Wuchang," sebuah atmosfer yang berhasil menangkap esensi horor dan epik secara bersamaan. Jika ada satu hal yang tak terbantahkan dari game ini, itu adalah kemampuannya untuk memanjakan mata dan membangun dunia yang kohesif secara visual.
Sebagai game eyecandy memang Wuchang: Fallen Feathers bisa dibilang lebih dari memuaskan. Grafik yang ditawarkan sangat indah walau memang ada downside, yakni performa.
Game ini seperti berjalan tidak konsisten di PC dimana dengan spek PC yang kuat bisa lag di beberapa sektor. Jika game ini game kasual memang tidak masalah, tetapi ada frame drop atau lag yang tidak jelas di game soulslike memang sulit dimaafkan.
Recommended by Kotakgame