



Bayangkan Anda membuka lembaran baru teknologi di mana kecerdasan buatan bukan saja belajar dari manusia, tapi juga meningkatkan dirinya sendiri secara otomatis. Itulah klaim terbaru yang disampaikan oleh Mark Zuckerberg. Bos Meta ini mengungkap bahwa tim Riset AI mereka kini melihat "kilasan AI yang bisa meningkatkan kemampuan sendiri" tanda pertama menuju era superintelligence yang dulu hanya ada di film fiksi ilmiah.
Zuckerberg menyebutnya sebagai langkah “lambat tapi nyata”. Meski belum siap untuk rilis publik, keberhasilan ini menandai transisi dari eksistensi AI sebagai sistem pintar khusus (narrow AI), mendekati Artificial General Intelligence yang mampu memahami dan belajar di banyak bidang menuju Artificial Superintelligence (ASI), entitas yang lebih cerdas dari otak manusia.
Untuk memfasilitasi pengembangan ini, Meta mendirikan divisi baru bernama Meta Superintelligence Labs di Menlo Park, California. Proyek “Behemoth” menjadi inti dari ambisi mereka, dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Alexandr Wang dan Nat Friedman. Meski sudah mencuri perhatian dan dana besar (hingga puluhan miliar USD untuk infrastruktur AI), model paling maju tersebut akan tetap disimpan tertutup demi keamanan
Baca ini juga :
» Krafton Akan Fokus Jadi Perusahaan AI, Infrastruktur Full AI
» OpenAI Ikut Buat Browser Sendiri, ChatGPT Atlas
» Ternyata, AI Juga Bisa Kena Brainrot!
» Microsoft Umumkan Fitur Copilot Agent di Windows 11, Kerja Tinggal Suruh AI!
» Microsoft Bersiap Umumkan Fitur Input Dengan AI di Windows?
» ASUS Merilis Ascent GX10: Superkomputer AI Pribadi Bertenaga NVIDIA Blackwell yang Ringkas dan Revolusioner
» WhatsApp Bakal Bisa Pakai Username, Tak Perlu Sebar Nomor HP Lagi!
» realme 15 Series 5G: "AI Night Out Phone" Terbaru, Mengabadikan Momen Malam Anak Muda dengan AI Kamera Cerdas
Bagi pengguna biasa, klaim Zuckerberg mungkin terdengar seperti jargon teknologi tinggi. Namun itu mengandung implikasi nyata, AI generasi ini sedang bergerak menuju kemampuan kanker teknologi yang mampu memperbaharui diri tanpa campur tangan manusia. Ketika itu terjadi, kemampuan AI dalam memahami konteks, merespons situasi kompleks, bahkan me-remix data baru bisa jauh melampaui kemampuan AI saat ini. Bayangkan asisten digital yang bukan hanya pasif mendengarkan, tapi aktif menciptakan solusi baru berdasarkan pola mandiri yang ditemukannya.
Meski Meta belum merilis semua fitur ini kepada publik, mereka tetap merilis model cadangan seperti Llama untuk komunitas, namun menjaganya agar tidak digunakan untuk membentuk kapal AI tak terkendali. Strategi ini dirancang untuk menjaga keberlanjutan inovasi sekaligus mencegah penyalahgunaan, sebuah langkah bijak saat gagasan superintelligence mulai terwujud nyata.
Karena ini bukan sekadar kemajuan algoritma. Ini soal masa depan personalisasi di level individu yang belum pernah kita bayangkan. Sebuah AI yang bisa memahami kebutuhan emosional, gaya kerja, dan kemampuanmu, lalu menyesuaikan hasilnya secara presisi.
Zuckerberg sudah membuka tabita kecerdasan buatan yang bisa belajar sendiri. Sekarang tinggal kita yang menyikapinya: apakah ini pintu menuju era revolusi teknologi untuk manusia, atau alarm untuk kontrol lebih ketat terhadap inovasi yang berkembang pesat?
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.