
Sejak tahun 2009, Borderlands bukan hanya sekadar video game. Ia adalah sebuah fenomena yang meramu first-person shooter, RPG, dan sistem loot menjadi sesuatu yang benar-benar baru. Formula “jutaan senjata”, humor sinis, karakter absurd, serta dunia yang gila menjadikannya pionir di genre looter-shooter.
Namun seiring waktu, genre yang dulu diciptakannya justru berkembang lebih cepat dari dirinya. Destiny, Warframe, The Division, hingga live-service shooter lainnya mengambil alih panggung. Saat Borderlands 3 hadir, bukannya tampil sebagai puncak evolusi, ia justru terasa tertinggal – repetitif, narasi dangkal, dan sistem gameplay yang tidak cukup relevan di tengah kompetisi.
Itulah kenapa Borderlands 4 begitu penting. Ini bukan hanya sekuel; ini adalah statement. Sebuah soft reboot yang berusaha menghidupkan kembali DNA klasik, sekaligus membawanya ke era modern.
Dunia Baru: Kairos, Sebuah Planet yang Hidup dan Luka

Borderlands selalu identik dengan Pandora, planet liar yang gila. Tapi kali ini Gearbox berani meninggalkannya. Kita dibawa ke Kairos, sebuah dunia baru yang kaya mitologi, penuh keindahan sekaligus kegelapan.
Kairos dikuasai oleh The Timekeeper, entitas abadi yang mengendalikan populasi lewat implant sibernetik. Dunia ini tidak hanya berfungsi sebagai “arena tembak-tembakan”, tapi juga sebagai ruang naratif yang penuh makna. Dari reruntuhan kota industri hingga gua bawah tanah dengan teknologi kuno, setiap lokasi bercerita tentang perlawanan, penindasan, dan keputusasaan.
Yang membuat Kairos menarik adalah desain seamless open world. Hampir tanpa loading besar, eksplorasi terasa natural. Transisi dari area hutan lebat ke kota cyberpunk dilakukan tanpa memutus aliran permainan. Ini membuat game terasa lebih hidup – berbeda jauh dari Pandora yang kadang terasa seperti potongan-potongan map besar.
Gameplay & Movement: Kebebasan yang Mengubah Ritme

Jika seri sebelumnya membuat kita merasa berat dan terbatas, Borderlands 4 memberikan kebebasan penuh pada mobilitas.
Double jump dan air glide memungkinkan gaya bertarung lebih vertikal.
Grappling hook menghadirkan kreativitas: tarik barrel untuk dilempar, buka jalur tersembunyi, atau menyerang boss dengan cara spesifik.
Swimming untuk pertama kalinya menambahkan dimensi baru, menyelesaikan kelemahan klasik Borderlands (karakter mati konyol hanya karena kaki kena air).
Pertarungan kini lebih ekspresif, cepat, dan improvisasional. Di Borderlands lama, kita sering terjebak di satu titik, hanya strafing kiri-kanan sambil menembak. Sekarang, kita bisa melompat dari atap, mengait ke musuh, meluncur di udara, lalu menembakkan shotgun – semua dalam satu rangkaian gerakan.
Kebebasan ini memang awalnya terasa “kebanyakan”, apalagi dengan lima opsi traversal sekaligus. Tapi setelah terbiasa, rasa adiksi baru muncul: setiap arena pertempuran jadi semacam puzzle kinetik, bukan hanya sekadar adu DPS.
Recommended by Kotakgame
Srikandi Dunia Esports Indonesia! Inilah Dere...
Setidaknya 40 Pegawai Rockstar North di Edinburg...