Hampir setiap musim penayangan anime, sekitar 30 sampai 42 judul anime baru muncul ke permukaan. Namun, banyaknya anime yang muncul tentu tak sebanding dengan kualitas yang diberikan. Banyak penonton yang menonton sebuah anime dengan melihat formula-formula penceritaan yang sama. Tak hanya itu, kualitas animasi yang diberikan juga terkesan sangat standar. Jadi, dengan menarik garis besar dari dua hal tersebut, apakah berarti kualitas anime di Jepang semakin menurun?
Baca ini juga :» NARUTO X BORUTO Ultimate Ninja STORM CONNECTIONS
» Suzume no Tojimari
» One Piece Film Red
» Awas Maksiat! 7 Game Mobile Yang Gak Boleh Kalian Mainin Sebelum Buka Puasa Edisi 2022!
» Nyesel Kalau Gak Nonton! Ini Dia 7 Rekomendasi Anime Baru Yang Akan Rilis di 2022
» Sembari Menunggu Arcane Season 2, Ini Dia Deretan Anime Yang Harus Kamu Tonton Kalau Kamu Suka Arcan
» Mau Jadi Tanjidor? Ini Dia Deretan Game Adaptasi Anime Yang Gak Akan Ngecewain!
» Udah Pernah Maenin Belom? Ini Dia 7 Rekomendasi Game JRPG Yang Keren Dan Asik Di Steam!
Tentu yang paling penting dari sebuah anime adalah jalan cerita yang menarik. Ketika pada zaman dulu anime sedikit namun memiliki cerita yang bermakna dan menarik, belakangan ini anime-anime terkesan memiliki formula penceritaan standar entah itu kisah isekai, kisah anime harem, dan lainnya. Pemilihan formula cerita tersebut tentu melihat ketertarikan otaku Jepang dalam menonton anime, dan hingga saat ini formula penceritaan tersebut belum berubah juga hingga sekarang, berujung pada kebosanan para penonton terhadap anime Jepang yang semakin 'gitu-gitu aja'.
Kualitas penceritaan pada Light Novel di Jepang juga berpengaruh pada anime di Jepang karena banyak Light Novel populer yang diangkat menjadi adaptasi Anime. Hal ini dikarenakan banyak penulis muda yang ditarik langsung dari website amatir 'Shousetsuka ni Narou', dimana pada website tersebut penulis-penulis muda mampu menulis novel dan diterbitkan apabila novel tersebut populer.
Sayangnya, sejak kepopuleran genre Isekai berkat Sword Art Online di tahun 2012,banyak penulis yang banting setir ke genre Isekai untuk dengan mudah mencari popularitas. Popularitas cerita juga terkadang tak sebanding dengan kualitas sang penulis dalam menghadirkan sebuah cerita, dan hal ini telah diungkap dalam sebuah interview dengan editor Light Novel di Jepang. Ia mengatakan bahwa dengan menarik penulis-penulis yang sudah memiliki fanbase dalam situs tersebut, tentunya sistem tersebut menjadi sebuah jalan pintas menuju kesuksesan. Namun, cara tersebut malah menjadi pedang bermata dua karena para penulis amatir tersebut tidak memiliki pengetahuan yang mumpuni untuk menulis sebuah cerita, bahkan terkadang editornya harus membereskan 200 halaman cerita agar dapat lebih dimengerti.
Selain penceritaan, kualitas animasi di Jepang juga semakin menurun dengan banyaknya anime yang muncul, namun dengan ekosistem animasi Jepang yang memperkerjakan banyak animator layaknya seorang budak. Anggapan tersebut semakin diperkuat dengan gaji animator yang terbilang sangat kecil jika dibandingkan dengan tugas yang harus mereka kerjakan. Bulan April lalu, seorang animator mengatakan bahwa ia hanya digaji sebesar 39.288 Yen (5 juta Rupiah) dalam sebulan.
Walau terdengar menggiurkan, jumlah tersebut bukanlah gaji yang cocok dalam standar Jepang. Sang animator mengatakan kalau dia termasuk yang menggambar cukup lambat, jadi, dia hanya bisa menghasilkan sekitar 200 lembar. Sedangkan bagi yang cepat, mungkin bisa sekitar 400-500 lembar, dan itu pun pastinya hanya sekitar 2 kali lipat bayaran dari yang dia dapatkan.
Beberapa waktu lalu, Toei Animation sempat mengumumkan bahwa mereka akan menerapkan sistem yang cukup ekstrim dimana waktu pengerjaan setiap anime mulai dikurangi dengan deadline yang sangat sempit. Walau para animator akan kembali dapat menikmati hari libur, namun penerapan sistem tersebut tentu menjadi pedang bermata dua dimana para animator juga akan merasakan beban tambahan ketika deadline proyek mereka bisa dihitung dengan jari.
Kualitas lingkungan kerja sebagai animator di Jepang memang cukup memprihatinkan belakangan ini, terutama dari hal-hal yang bisa kalian lihat di anime dokumenter seperti Shirobako. Memang, belakangan ini anime terkesan diperas habis-habisan dengan banyaknya anime berkualitas standar yang hadir dalam layar kaca di Jepang. Namun, tentu saja beberapa judul yang memiliki kualitas anime luar biasa yang hadir dalam beberapa tahun terakhir seperti contohnya Hanebado, My Hero Academia, Revue Starlight, dan beberapa episode penting Boruto yang melibatkan banyak animator muda.
Kru KotGa yakin, beberapa tahun mendatang kualitas anime akan semakin berkembang dari waktu ke waktu. Namun tentunya ekosistem animator yang semakin memburuk sepanjang tahunnya akan menghambat perkembangan tersebut. Bagaimana menurut Kotakers? Apakah kualitas anime di Jepang sekarang ini buruk atau sedang menuju ke arah yang lebih baik dari sebelumnya?
(KotakGame)