



Mantan anggota dewan Twitter, Omid Kordestani, mengajukan gugatan terhadap X.com yang dimiliki oleh Elon Musk. Gugatan ini dilayangkan setelah Kordestani menuduh Musk tidak mencairkan saham senilai lebih dari USD 20 juta, atau sekitar Rp 318,9 miliar, yang menjadi haknya.
Kordestani bergabung dengan dewan Twitter pada tahun 2015 dan memainkan peran penting dalam pengawasan penjualan perusahaan tersebut kepada Musk pada tahun 2022. Sebagian besar kompensasi Kordestani diterima dalam bentuk saham. Namun, setelah Musk mengambil alih perusahaan yang kini dikenal sebagai X, saham tersebut tidak pernah dibayar.
Gugatan tersebut diajukan di Pengadilan Tinggi California di San Francisco. Dalam gugatan tersebut, Kordestani menyatakan bahwa X mencoba memanfaatkan tujuh tahun jasanya tanpa memberikan kompensasi yang layak.
Hingga saat ini, baik Musk maupun pihak X belum memberikan komentar terkait gugatan ini.
Kordestani sendiri dikenal sebagai karyawan ke-11 di Google sebelum menjabat sebagai kepala bisnisnya. Pada tahun 2015, dia diundang untuk mengisi posisi CEO di Twitter saat Jack Dorsey, salah satu pendiri Twitter, menjabat sebagai CEO sementara. Dewan Twitter saat itu khawatir dengan perhatian Dorsey yang terbagi antara Twitter dan perusahaan pembayarannya, Square.
Baca ini juga :
» Performa Maksimal: ASUS ROG Matrix GeForce RTX 5090 Edisi Ulang Tahun ke-30 Resmi Meluncur!
» ROG GR70: Mini PC Gaming Performa Monster dengan Ryzen 9 dan RTX 50 Series
» X Luncurkan Marketplace untuk Beli Username Tidak Aktif
» Laptop Gaming Acer Nitro V15 Resmi Hadir dengan RTX 5050, Layar 180Hz, dan Desain Amber Glow yang Ikonik
» Laptop Gaming Spek Ganas, Anti-Panas, Game AAA Dilibas! Review ASUS ROG STRIX G16(2025) G615LM
» Rekomendasi Laptop Gaming ASUS ROG RTX™ 50 Series dengan Harga Mulai dari 19 Juta!
» Ubisoft Tegaskan Adanya Microtransactions di Game Single Player Buat Pengalaman Gaming Makin Seru
» Indonesia Game Experience (IGX) 2025: Festival Gaming Terbesar Indonesia Resmi di Tangcity Mall!
Kordestani akhirnya memilih menjadi ketua eksekutif, membimbing Dorsey hingga Dorsey menjadi CEO permanen. Pada tahun 2020, Kordestani mundur dari posisinya sebagai ketua eksekutif dan beralih menjadi anggota dewan biasa.
Pada saat akuisisi oleh Musk, Kordestani memiliki 8 juta opsi saham yang bernilai lebih dari USD 20 juta. Berdasarkan perjanjian pembelian, opsi-opsi ini seharusnya dibayar dalam waktu lima hari setelah kesepakatan ditutup. Selain itu, Kordestani juga memiliki hak atas pembayaran saham tambahan senilai hampir USD 3 juta yang hingga kini belum dicairkan.
Dengan pengajuan gugatan ini, Kordestani menjadi mantan eksekutif Twitter berpangkat tertinggi yang menempuh jalur hukum melawan Musk, meskipun dia bukan yang pertama. Sebelumnya, mantan eksekutif lainnya, termasuk CEO dan CFO perusahaan, juga mengajukan tuntutan hukum untuk menuntut kompensasi yang belum dibayar.
Selain itu, sejumlah karyawan juga terlibat dalam arbitrase kolektif, menuduh adanya pemutusan hubungan kerja yang salah dan pesangon yang tidak memadai. Musk dituduh menahan pesangon yang seharusnya otomatis diberikan setelah akuisisi perusahaan.
Setelah mengambil alih Twitter, Musk melakukan PHK massal dan menawarkan paket pesangon yang dinilai kurang dari yang diharapkan berdasarkan kontrak karyawan. Bulan lalu, X Corp berhasil memenangkan gugatan di mana klaim dari mantan karyawan Twitter tidak termasuk dalam perlindungan ERISA.
Kontroversi terkait Musk tidak berhenti di situ. Awal bulan ini, CEO SpaceX dan Tesla itu juga kembali berseteru dengan OpenAI, menuduh mereka lebih memprioritaskan keuntungan komersial daripada misi awal mereka untuk kemaslahatan umat manusia.
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.