Dalam laporan keuangan kuartal terbarunya, Ubisoft menegaskan kembali arah strategi bisnis mereka, terutama dalam hal bagaimana mereka menciptakan pengalaman bermain yang menarik dan berkelanjutan bagi para pemain. Salah satu sorotan utama adalah pendekatan mereka terhadap judul game premium dengan harga penuh, seperti Assassin’s Creed: Shadows, di mana Ubisoft menyebutkan bahwa penambahan konten berbayar seperti XP booster dan kosmetik justru memberikan nilai tambah pada pengalaman bermain.
Baca ini juga :» Dicancel! Star Wars Outlaws 2 Gagal Digarap Setelah Penjualan Turun
» Avatar: Frontiers of Pandora Dapatkan Mode 3rd Person, Ubisoft Akhirnya Dengarkan Fans
» Sukses Rilis Clair Obscur: Expedition 33, Rupanya Sandfall Interactive Berisikan Ex-Ubisoft!
» Ubisoft Dituduh Kumpulkan Data Pemain Tanpa Izin Lewat Game Single Player
» [RUMOR] Ubisoft Tengah Kembangkan Game Battle Royale yang Terinspirasi Dari Apex Legends
» Ubisoft Tegaskan Walau Sudah Dibeli, Game Bukan Milikmu Seutuhnya
» Ubisoft Dapatkan Suntikan Dana, 1.16 Biliun Euro Dari Tencent!
» Ubisoft Philippines Merayakan Sukses Tim AC Shadows. Indonesia Kapan Bikin Game AAA?
Ubisoft bukanlah pendatang baru dalam menghadirkan mikrotransaksi pada game single-player. Perusahaan ini telah lama menerapkan strategi tersebut, dengan menawarkan opsi kepada pemain untuk mempercepat progres permainan atau mempercantik karakter dengan item eksklusif yang hanya bisa didapatkan melalui transaksi uang nyata.
Meskipun item kosmetik sudah menjadi hal umum dalam industri game saat ini, bahkan pada judul dengan harga rilis tinggi (sekitar $70–$80), keberadaan XP booster menimbulkan perdebatan. Bagi sebagian pemain, fitur ini menjadi solusi untuk melewati bagian permainan yang dianggap repetitif atau terlalu memakan waktu. Ubisoft berpendapat bahwa memberikan opsi untuk mempercepat progres bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan kenyamanan bermain, terutama bagi pemain yang ingin fokus pada cerita utama tanpa harus terjebak dalam grinding panjang.
Sebagai contoh, game seperti Assassin’s Creed Odyssey, Valhalla, dan Shadows dikenal dengan durasinya yang panjang dan sistem level yang kompleks. Pemain yang berada di level terlalu rendah bahkan tidak bisa menyelesaikan misi penting secara optimal. Meski demikian, Ubisoft mengklaim telah melakukan perbaikan di Shadows dengan menambahkan fitur one-shot assassinations, sehingga tidak sepenuhnya bergantung pada sistem level.
Namun tetap saja, bagi banyak pemain, proses menaikkan level di berbagai wilayah masih menjadi bagian integral dari gameplay. Ubisoft menyadari bahwa tidak semua pemain menikmati proses ini secara menyeluruh, sehingga kehadiran booster berbayar dinilai sebagai solusi yang dapat menyesuaikan gaya bermain tiap individu.
Dalam laporan keuangannya, Ubisoft menyatakan bahwa pendekatan monetisasi mereka dirancang dengan prinsip utama: menghormati pengalaman pemain dan menjaga keberlanjutan jangka panjang.
“Di Ubisoft, aturan utama dalam mengembangkan game premium adalah memastikan pemain dapat menikmati game secara utuh tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan. Penawaran monetisasi dalam game premium kami bertujuan meningkatkan kesenangan bermain—baik melalui personalisasi karakter maupun percepatan progres—namun semua ini bersifat opsional,” demikian bunyi pernyataan resmi mereka.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Ubisoft ingin menempatkan kenyamanan dan pilihan di tangan pemain. Namun, kritik tetap muncul dari sebagian kalangan yang menilai bahwa sistem permainan yang secara desain cenderung memaksa pemain untuk melakukan grind, lalu ditawarkan solusi berbayar untuk menghindari hal tersebut, merupakan bentuk desain yang disengaja demi mendorong pembelian.
Meskipun demikian, dari sudut pandang bisnis, strategi ini menunjukkan bagaimana Ubisoft mencoba memaksimalkan potensi monetisasi tanpa secara langsung mengganggu inti pengalaman bermain. Dengan menekankan fleksibilitas, personalisasi, dan opsionalitas, Ubisoft tampaknya berusaha menyeimbangkan antara kepuasan pemain dan kebutuhan bisnis yang berkelanjutan.