



Sejumlah klaim terkait peretasan dan kebocoran data besar-besaran di Ubisoft belakangan ini disebut telah dibesar-besarkan. Informasi tersebut datang dari pihak-pihak yang memahami situasi sebenarnya dalam beberapa hari terakhir.
Baca ini juga :» FX Resmi Angkat Serial “Far Cry”, Adaptasi Yang Ambisius?
» Assassin's Creed Shadows Overperforming Menurut Ubisoft, Untung Besar!
» Far Cry Dikabarkan Akan Mendapatkan Adaptasi TV Show, Akan Jadi Anthology?
» Dicancel! Star Wars Outlaws 2 Gagal Digarap Setelah Penjualan Turun
» Avatar: Frontiers of Pandora Dapatkan Mode 3rd Person, Ubisoft Akhirnya Dengarkan Fans
» Ubisoft Tegaskan Adanya Microtransactions di Game Single Player Buat Pengalaman Gaming Makin Seru
» Sukses Rilis Clair Obscur: Expedition 33, Rupanya Sandfall Interactive Berisikan Ex-Ubisoft!
» Ubisoft Dituduh Kumpulkan Data Pemain Tanpa Izin Lewat Game Single Player
Rumor mengenai kebocoran data Ubisoft mulai mencuat setelah perusahaan menonaktifkan server Rainbow Six Siege secara mendadak. Langkah ini diambil menyusul aksi seorang peretas yang memberikan pemain hadiah mata uang dalam game dengan jumlah absurd, mencapai $339.960.000.000.000. Menurut sumber internal, Ubisoft berencana melakukan rollback server untuk membatalkan perubahan tersebut.
Tak lama setelah insiden Rainbow Six Siege, muncul klaim lain dari beberapa kelompok peretas yang menyebut Ubisoft mengalami pelanggaran keamanan besar dengan kebocoran data hingga 900GB. Data tersebut diklaim mencakup source code, tools internal, serta materi pengembangan untuk gim Ubisoft yang sudah dirilis maupun yang masih dalam tahap produksi.
Ubisoft executives when they hear the news someone has compromised Rainbow Six Siege and gifted $13,332,000 worth of in-game currency to roughly 30,000,000 active players, thus defrauding their company of an estimated $339,960,000,000,000 pic.twitter.com/SUnWBHkaAr
— vx-underground (@vxunderground) December 27, 2025
Namun, klaim tersebut kini dipertanyakan. Hingga saat ini, kelompok yang menyebarkan tuduhan kebocoran data masif tersebut tidak mampu menunjukkan bukti konkret yang mendukung pernyataan mereka.
Sumber internal Ubisoft menyampaikan kepada Insider Gaming bahwa tim keamanan perusahaan memang sempat menangani beberapa insiden kebocoran awal tahun ini. Insiden tersebut berkaitan dengan bocoran proyek internal, termasuk proyek berkode “Scout” serta gim Far Cry yang akhirnya dibatalkan dengan nama sandi “Talisker”. Meski demikian, insiden tersebut tidak sebesar atau sedramatis klaim yang beredar belakangan ini.
‼️ Ubisoft has outsourced support to India, where staff have allegedly been giving people panel access in exchange for money, according to @vxunderground
— International Cyber Digest (@IntCyberDigest) December 28, 2025
We’ve reported on many huge corporations this year that’ve created insider threats by using cheap labor. https://t.co/zNfjv153Ti
Lebih lanjut, satu kelompok lain yang sempat mengklaim telah membobol data pengguna Ubisoft juga telah menarik kembali pernyataan mereka, mengakui bahwa klaim tersebut tidak benar.
Menurut sumber yang memahami dinamika di balik kelompok-kelompok peretas tersebut, sebagian besar rumor yang beredar disebut “terlalu dilebih-lebihkan”. Bahkan, ada dugaan bahwa beberapa pihak hanya berusaha mencari perhatian publik dengan menunggangi insiden peretasan Rainbow Six Siege yang sempat menjadi sorotan utama.
Untuk saat ini, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Ubisoft mengalami kebocoran data besar seperti yang diklaim. Situasi tersebut menegaskan pentingnya verifikasi informasi sebelum rumor berkembang menjadi kepanikan di kalangan komunitas gamer.