Baru-baru ini terungkap bahwa developer game asal Jepang yang mendistribusikan game berorientasi dewasa melalui platform Steam menghadapi kendala dalam menerima keuntungan mereka. Ternyata, bank-bank di Jepang tiba-tiba memblokir transfer dana terkait transaksi tersebut. Isu ini diangkat oleh politisi Taro Yamada, anggota majelis tinggi Diet Jepang, melalui akun X resminya dan siaran YouTube.
Baca ini juga :» Valve Persiapkan Game Baru Setelah Deadlock? Apakah Half-Life 3?
» Belum Dirilis, Game Monster Hunter Wilds Sudah Masuk Dalam Game Terlaris di Steam!
» PPN Ga Jadi Naik ke 12%? Tapi Gimana Dengan Transaksi dan Pembelian di Beberapa Platform Game?
» [Rumor] Xbox Bakal Bawa Layanan Game Pass Andalan Mereka ke Platform Steam
» Apakah Calon Game Sukses? Marvel Rivals Raih Lebih Dari 400 Ribu Pemain Di Steam Saat Hari Perilisannya
» Polaris Quest, Anak Perusahaan Tencent Rilis Trailer Light of Motiram, Mirip Dengan Horizon Series!
» Steam Autumn Sale Sedang Berlangsung! Metaphor: ReFantazio dan Sonic x Shadow Generations Dapat Diskon Besar
» Gelutnya Cukup Di Game Aja, Ini Dia Game Action Karya Anak Bangsa Yang Berjudul Acts of Blood
Menurut laporan Yamada, terdapat banyak kasus di mana developer game dewasa asal Jepang tidak dapat mentransfer keuntungan mereka dari luar negeri (dalam hal ini, dari bank Steam di AS) ke rekening bank Jepang. Baik Otoritas Jasa Keuangan Jepang (FSA) yang bertanggung jawab atas perbankan, maupun Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri (METI) yang mengawasi industri game, telah mengonfirmasi keberadaan masalah ini.
Dalam sidang dengar pendapat dengan FSA (seperti dilaporkan oleh Game*Spark), bank-bank memberikan jawaban yang kurang jelas. Mereka menyatakan bahwa pemblokiran ini tidak hanya karena game tersebut ditujukan untuk audiens dewasa. Alasan sebenarnya disebut sebagai "keputusan komprehensif" yang didasarkan pada undang-undang seperti Act on Prevention of Transfer of Criminal Proceeds dan Foreign Exchange and Foreign Trade Act.
Namun, Yamada menegaskan bahwa jika transaksi tersebut legal dan transparan, seharusnya tidak ada masalah untuk diproses. Saat ini, Yamada sedang bekerja sama dengan FSA dan METI untuk mencari solusi atas masalah ini.
Pada profil X-nya, Yamada mencantumkan kebebasan berekspresi dan kebijakan digital sebagai bidang keahliannya. Ketika situs kencan otaku Aellune sempat mengalami penangguhan pembayaran visa pada Desember lalu, Yamada menyoroti dampak negatif dari keputusan mendadak dan tidak transparan oleh penyedia pembayaran internasional terhadap bisnis yang sah. Insiden serupa telah menjadi topik hangat dalam beberapa bulan terakhir, memengaruhi developer game bishojo, arsip manga, dan situs fanart.
Tampaknya bank-bank Jepang kini menjadi masalah bagi para kreator lokal. Padahal, Jepang menempatkan anime dan video game sebagai industri inti untuk pertumbuhan ekonomi. Langkah pemblokiran ini terkesan kontraproduktif. Bagaimana situasi ini akan ditangani ke depannya? Mari kita tunggu perkembangannya.
Industri game dewasa dan konten kreatif lainnya merupakan bagian penting dari ekonomi Jepang. Jika masalah ini tidak segera diatasi, bukan tidak mungkin akan berdampak pada pertumbuhan industri tersebut. Selain itu, kebijakan yang tidak jelas dari bank-bank Jepang dapat menciptakan ketidakpastian bagi developer dan kreator konten digital.
Dengan meningkatnya perhatian terhadap isu ini, diharapkan solusi yang adil dan transparan dapat segera ditemukan agar para developer dapat terus berkarya tanpa hambatan mengingat video game sebagai medium, baik sebagai bentuk ekspresi seni maupun sebagai mata pencaharian.