



Anantarupa Studios, pengembang di balik game Lokapala, tengah menjadi sorotan publik usai mencuatnya isu keterlambatan pembayaran gaji kepada para karyawan sejak November 2024. Isu ini menyebar luas di media sosial dan menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas gamer Indonesia, terutama mereka yang telah lama mendukung Lokapala sebagai game MOBA lokal kebanggaan nasional.
Menanggapi polemik ini, CEO Anantarupa, Ivan Chen, dan salah satu staf internal, Haryadi Fathani, akhirnya memberikan klarifikasi terbuka melalui media sosial mereka.
 Baca ini juga : 
» Bigetron Academy Sempurna! Juara MDL ID Season 12 Tanpa Terkalahkan
» Debut Cemerlang Andoryuuu di MPL ID Season 16, Jungler Filipina yang Cepat Beradaptasi dengan Gaya Indonesia
» Preview Sword of Justice - Game RPG yang Bikin Ngerasa Jadi MC Anime, JUSTICE DELIVERED!
» Alter Ego dan EVOS Amankan Tiket Playoffs, RRQ Terancam Gagal Lolos di MPL ID Season 16 Week 8
» Meyden Resmi Menikah dengan Hengky Gunawan, Digelar Sederhana dan Penuh Makna
» Bigetron by Vitality Raih Gelar Juara IKL 2025 Fall Setelah Pertarungan Sengit Lawan Kagendra
» NRG Sukses Jadi Juara Dunia VCT 2025 Setelah Tumbangkan Fnatic 3-2!
» MPL ID Season 16 Week 7: Geek Pecah Telor, TLID Akhirnya Menang, ONIC Tak Terbendung!
Bukan Seperti Kasus Brandoville
Dalam pernyataannya, Haryadi juga menegaskan bahwa staf Anantarupa menolak disamakan dengan kasus-kasus seperti Brandoville, yang pernah menjadi sorotan karena dugaan kaburnya pihak manajemen tanpa tanggung jawab.
“Kami tidak kabur, tidak menghilang, dan tidak melepaskan tanggung jawab. Kami masih ada di sini dan berusaha bersikap transparan,” tegasnya.
Pernyataan ini menjadi penanda penting bahwa meski dalam kondisi sulit, pihak Anantarupa tetap memilih untuk menghadapi masalah secara terbuka, bukan lari dari tanggung jawab.
Isu ini tentu menimbulkan dilema di kalangan komunitas. Di satu sisi, ada rasa kecewa karena harapan terhadap pengembang lokal yang membawa semangat nasionalisme melalui game terganggu oleh persoalan manajemen. Namun di sisi lain, banyak pihak yang tetap ingin memberi dukungan, memahami bahwa membangun dan mempertahankan sebuah studio game di Indonesia bukanlah perkara mudah.
Kini, nasib Lokapala dan kepercayaan publik terhadap Anantarupa berada di ujung tanduk. Apakah ini akan menjadi momen refleksi untuk industri game lokal? Atau justru jadi pemicu dukungan baru bagi pengembang yang masih berjuang?