Meski esports Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) di Indonesia telah mencapai level yang sangat kompetitif dan profesional, realita yang dihadapi oleh scene ladies justru berbanding terbalik. Minimnya turnamen menjadi salah satu kendala utama yang menghambat perkembangan para pemain perempuan di ranah MLBB Tanah Air.
Baca ini juga :» Gagal ke Playoff MPL ID S15, EVOS Lepas Seluruh Pelatih!
» Team Liquid Jadi Raja Baru MPL Philippines Season 15 Usai Kalahkan ONIC PH
» Inilah Bracket Resmi Playoffs MPL Indonesia Season 15!
» Klasemen MPL ID S15 Week 8: 6 Tim Lolos ke Playoff, 3 Tim Harus Pulang Lebih Awal
» Bigetron Esports Resmi Bergabung dengan Team Vitality, Perkuat Posisi Indonesia di Kancah Esports Global
» Rave Dipromosikan ke MPL Sebagai Bagian dari Coaching Staff RRQ
» Jess no Limit Masuk Daftar Forbes 30 Under 30 Asia 2025
» MPL SG Season 9 Alami Pemotongan Prizepool Drastis, Hanya 40.000 SGD
Padahal, Indonesia menjadi rumah bagi salah satu tim MLBB ladies terkuat di dunia saat ini, yakni Team Vitality (sebelumnya dikenal sebagai Bigetron Era). Namun ironisnya, di sepanjang tahun 2025 ini, tim tersebut baru tampil dalam satu turnamen besar, yaitu Battle of Gamehers sebuah kompetisi skala internasional, bukan lokal.
Situasi sedikit lebih baik dialami ONIC Pertiwi yang sempat berlaga di MDL Indonesia. Sayangnya, MDL sendiri masih didominasi oleh tim pria, sehingga ruang untuk pemain wanita tetap terbatas.
Salah satu pemain kunci Team Vitality, Chell, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi tersebut dalam sesi konferensi pers. Ia menyebut bahwa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah turnamen untuk tim ladies terlihat jelas mengalami penurunan.
“Kalau dari aku sih ngelihat scene ladies di Indo sekarang kayaknya dibanding tahun-tahun sebelumnya agak menurun sih, terutama dari turnamennya yang makin nggak ada,” ungkap Chell.
Menurutnya, berkurangnya kompetisi tidak hanya menurunkan eksistensi tim-tim ladies di kancah lokal, tetapi juga membatasi peluang mereka untuk berkembang.
“Jadinya kita semakin sedikit chance buat ngelatih (kemampuan) sama tim lain,” tambahnya.
Senada dengan Chell, Vivian rekan setimnya di Team Vitality juga menyayangkan kondisi scene MLBB ladies yang stagnan. Ia menyoroti betapa pentingnya turnamen sebagai sarana untuk menemukan dan membina talenta-talenta baru.
“Gua juga ngelihat di luar, turnamennya mereka justru lebih berkembang, lebih banyak daripada Indonesia,” kata Vivian.
Ia menambahkan bahwa dengan minimnya kompetisi, bibit-bibit potensial dari kalangan pemain wanita tak punya ruang untuk menunjukkan diri dan berkembang.
“Padahal pengen banget tim ladies MLBB terbaik itu adanya di Indonesia. Cuman, dengan kurangnya turnamen-turnamen, jadi kita nggak bisa lihat bibit-bibit generasi selanjutnya,” ucapnya.
Butuh Perhatian Lebih untuk Scene Ladies
Perkembangan esports MLBB di Indonesia tidak boleh hanya berfokus pada tim pria. Dukungan terhadap scene ladies, termasuk melalui penyelenggaraan turnamen reguler dan berjenjang, menjadi kunci agar talenta baru bisa tumbuh dan bersaing di level tertinggi. Jika tidak, Indonesia bisa kehilangan posisinya sebagai pusat kekuatan MLBB ladies dunia.