Notice: Undefined variable: key in /var/www/m/detailreview.php on line 53 Review: Review - METAL GEAR SOLID Δ: SNAKE EATER | KotakGame
space
REVIEW - METAL GEAR SOLID Δ: SNAKE EATER
PS5
Minggu, 24 Aug 2025

Desain Level: Setia Tapi Tidak Visioner

Salah satu aspek yang membuat Snake Eater menonjol di masanya adalah bagaimana ia menghadirkan hutan luas penuh area eksplorasi, berbeda dari lorong-lorong metalik Shadow Moses atau tanker Liberty. Namun, karena keterbatasan PS2, dunia ini dipecah menjadi banyak zona kecil dengan loading screen di antaranya.

Sayangnya, remake ini mempertahankan struktur itu hampir sepenuhnya. Loading screen antar-area masih ada, dan musuh tidak akan mengejar kita lintas zona. Di satu sisi, ini menjaga kesetiaan pada desain asli. Tetapi di era sekarang, di mana seamless open-level sudah jadi standar (lihat saja Resident Evil 2 Remake atau Dead Space Remake), pendekatan ini terasa usang.

Visual hutan yang realistis seolah menjanjikan dunia terbuka, tapi kemudian runtuh ketika kita sadar ia hanyalah panggung boneka dengan tirai yang sering diturunkan. Konami punya kesempatan untuk membayangkan ulang dunia Snake Eater dengan transisi mulus, mungkin dengan AI musuh yang bisa melacak kita lebih jauh, tetapi pilihan itu tidak diambil.

Hasilnya, desain level Delta terasa seperti museum: indah, setia pada aslinya, tetapi statis.

Cerita yang Tak Lekang Waktu

Jika ada satu hal yang tidak pernah pudar, itu adalah cerita Snake Eater. Narasi ini menggabungkan politik Perang Dingin, intrik spionase, drama personal, hingga absurditas khas Kojima yang kadang menggelikan, kadang filosofis.

Hubungan Snake dengan The Boss tetap menjadi inti emosional: murid yang dipaksa melawan gurunya, ideologi yang berbenturan dengan cinta personal, dan pertanyaan abadi tentang apa artinya loyalitas. Inilah alasan kenapa ending Snake Eater sering disebut sebagai salah satu yang paling emosional dalam sejarah video game.

Baca ini juga :
» Review Mafia: The Old Country
» Berpetualang di Dunia Padang Pasir Karya Akira Toriyama - Review Sand Land
» Interview Eksklusif KONAMI Mengenai Hadirnya Yu-Gi-Oh! OCG English Edition for Asia
» MSI Stealth GS66 & MSI Raider GE66
» Masuk Naraka Diskon 30%! Review NARAKA: BLADEPOINT
» Horror Abis! Ini Dia 7 Momen Paling Horror di Game Non-Horror!
» Katanya Saingan Tapi Kok Bedanya Jauh Banget Gini! Perbandingan Efootball vs FIFA 22!
» Khusus Buat Hardcore Gamer! Ini 7 Game dengan Jalan Cerita Paling Rumit

Konami juga mengambil keputusan tepat dengan mempertahankan voice acting asli. Kehadiran David Hayter sebagai Snake tidak tergantikan, dan chemistry vokal antara para karakter tetap kuat. Namun di sisi lain, fidelity visual yang baru justru memperlihatkan sisi “campy” narasi ini lebih jelas. Adegan absurd seperti The Pain yang memuntahkan lebah kini terlihat lebih konyol dalam grafis realistis dibandingkan dalam gaya stylized PS2.

Ini menimbulkan pertanyaan menarik: apakah narasi yang dulu terasa puitis dan simbolis kini menjadi agak cringe ketika dipoles terlalu nyata? Mungkin, tapi justru di situlah keunikan Metal Gear: ia selalu berjalan di garis tipis antara serius dan absurd.

Gameplay: Puzzle Stealth yang Klasik

Bermain Delta mengingatkan kita bahwa stealth klasik tidak sama dengan stealth modern. Jika stealth ala The Last of Us Part II atau Hitman memberi banyak ruang improvisasi dengan AI kompleks, Snake Eater lebih terasa seperti puzzle. Setiap area adalah teka-teki: di mana musuh berdiri, jalur mana yang aman, camo apa yang digunakan, makanan apa yang bisa dikonsumsi untuk bertahan.

Sistem survival — seperti mengobati luka, memasak ular, atau mengatur camo index — masih terasa unik hingga sekarang. Ia menciptakan rasa terhubung dengan lingkungan yang jarang ada di game lain.

Namun, bagi pemain yang terbiasa dengan dinamika AI modern, sistem ini bisa terasa kaku. Musuh mudah diprediksi, dan banyak area bisa “ditaklukkan” lewat trial and error, bukan improvisasi organik. Ada kepuasan saat berhasil menyelinap tanpa ketahuan, tapi juga ada rasa bahwa kita sedang memecahkan skrip, bukan menipu lawan yang benar-benar hidup.

BACA JUGA BERITA INI
close