Boss Fight: Masih Ada yang Kurang

Pertarungan bos selalu jadi highlight seri Metal Gear, dan Snake Eater punya beberapa yang paling ikonik. Pertarungan sniper melawan The End masih brilian — duel kesabaran yang bisa berlangsung berjam-jam. The Sorrow tetap jadi momen surealis yang mengguncang persepsi pemain tentang kematian dalam game.
Baca ini juga :» Review Mafia: The Old Country
» Berpetualang di Dunia Padang Pasir Karya Akira Toriyama - Review Sand Land
» Interview Eksklusif KONAMI Mengenai Hadirnya Yu-Gi-Oh! OCG English Edition for Asia
» MSI Stealth GS66 & MSI Raider GE66
» Masuk Naraka Diskon 30%! Review NARAKA: BLADEPOINT
» Horror Abis! Ini Dia 7 Momen Paling Horror di Game Non-Horror!
» Katanya Saingan Tapi Kok Bedanya Jauh Banget Gini! Perbandingan Efootball vs FIFA 22!
» Khusus Buat Hardcore Gamer! Ini 7 Game dengan Jalan Cerita Paling Rumit
Namun, tidak semua boss fight bertahan dengan baik. The Fear dan The Pain terasa repetitif dan sederhana untuk ukuran standar modern. Sayangnya, Delta tidak banyak berinovasi di sini. Padahal, bayangkan jika Konami berani memperkaya mekanik pertarungan itu dengan AI atau gimmick baru. Kesetiaan pada desain lama membuat momen ini kehilangan kesempatan untuk bersinar lebih terang.
Metal Gear Tanpa Kojima: Bayangan yang Panjang

Satu hal yang tidak bisa diabaikan adalah kenyataan bahwa remake ini dibuat tanpa Hideo Kojima, sang kreator Metal Gear. Konami jelas ingin tetap setia pada visi asli, tapi ketiadaan sentuhan kreatif Kojima terasa di setiap keputusan aman yang diambil. Delta lebih seperti arsip museum yang diperbarui teknologinya, bukan reinterpretasi berani seperti yang mungkin dilakukan Kojima sendiri.
Jika kita bandingkan dengan Resident Evil 2 Remake yang berani membongkar ulang struktur level, atau Final Fantasy VII Remake yang bahkan menulis ulang narasi, Delta tampak konservatif. Ia takut keluar jalur, mungkin karena takut reaksi fanbase.
Kesimpulan: Apresiasi, Bukan Evolusi
Metal Gear Solid Δ: Snake Eater adalah bentuk penghormatan, bukan revolusi. Ia adalah karya yang indah untuk dinikmati kembali — baik oleh penggemar lama yang ingin nostalgia, maupun pemain baru yang ingin mencicipi salah satu pilar stealth klasik. Visualnya memukau, kontrolnya lebih ramah, dan ceritanya tetap abadi.
Namun, ia juga bukan remake yang visioner. Desain level yang usang, AI musuh yang sederhana, dan kurangnya inovasi dalam boss fight membuatnya terasa seperti remaster dengan harga remake.
Apakah remake ini perlu dibuat? Jawabannya bergantung pada apa yang kita cari. Jika yang diinginkan adalah museum interaktif dari salah satu game terbaik sepanjang masa, Delta menjalankan tugasnya dengan baik. Tetapi jika yang kita dambakan adalah interpretasi ulang yang membawa Snake Eater ke abad ke-21 dengan penuh keberanian, maka Delta akan terasa aman, bahkan terlalu aman.
Yang jelas, Delta kembali mengingatkan kita pada satu hal: bahwa Snake Eater adalah mahakarya yang kekuatannya justru datang dari era di mana keterbatasan teknis melahirkan kreativitas tak terbatas. Dan mungkin, itulah alasan mengapa meski remake ini indah, cinta sejati kita tetap pada versi aslinya.
Kesimpulan Review
METAL GEAR SOLID Δ: SNAKE EATER 
- (+) KELEBIHAN
- Visual yang menakjubkan
- Kontrol lebih halus
- QoL seperti quick access codec dan camo
- Setia kepada game klasik
- (-) HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
- Kadang movement sedikit kaku
- Karena faktor campy yang hadir di klasik, hadir di grafik realistis jadi aneh
- Loading screen dan transisi sangat mengganggu
- Terlalu setia kepada game klasik, terasa seperti remaster bukan remake

