space
PARKOUR HORROR! REVIEW DYING LIGHT 2 STAY HUMAN
-
Selasa, 08 Feb 2022
Berulang kali membuat penasaran, berulang kali pula ditunda, namun akhirnya Dying Light 2 Stay Human telah dirilis dan sudah bisa dimainkan semenjak 5 Februari lalu. Beragam respons dari gamer sejagat pun mulai marak di internet, mulai dari kekecewaan akibat hadirnya Denuvo, hingga kepuasan karena konten dan gameplay apik yang ditawarkan.

Baca ini juga :
» Rise of the Ronin - Review
» EA Sports FC 24
» Bisa Minum Lewat Headset hingga Cukuran RGB, Deretan Joke Brand Gaming di April Mop!
» Resesi Is Real? Game-Game Besar ini Harus Tutup di Tahun 2023!
» Tahun 2023 Penuh Game Keren! Ini Dia List Game Yang Dinantikan Rilisnya di Tahun Ini!
» Apakah Favoritmu Menang? Pengumuman Pemenang Penghargaan KotakGame Awards 2022
» Awal Tahun 2023 di Rumah Tapi Bingung Mau Ngapain Aja? Saatnya Mainkan 7 Game Ini!
» Akhir Tahun Banyak Cuan! 7 Game Dengan Diskon Terbesar SEGA Steam Sale 2022!
Lalu, apakah Dying Light 2: Stay Human layak untuk dimainkan? Simak ulasannya dibawah!




Sebelumnya, berikut adalah perangkat PC yang kami gunakan untuk melakukan review Dying Light 2:

Prosesor AMD Ryzen 9 5900X
Motherboard ASUS ROG Strix B550-A
CPU Cooler Cooler MasterLiquid ML360R RGB
GPU ROG Strix Radeon RX 6600XT OC Edition 8GB GDDR6
RAM G-Skill TridentZ Royal 2x8GB 3600 MHz
SSD WDC Black SN850 M.2 NVMe 1TB PCIe Gen 4.0
PSU Cooler Master MWE Gold 850 V2 Full Modular

Grafis Cantik Memalingkan Dunia

Dengan perkembangan zaman dan perkembangan teknologi, tentunya tak bisa dipungkiri kalau Dying Light 2 sukses memukau setiap orang saat pertama kali memperlihatkan taringnya dengan berbagai trailer yang dibagikan. Namun pertama kali kru KotakGame memainkan game ini dan melihat sendiri performa grafis yang ditawarkan, Dying Light 2: Stay Human sukses memukau, bahkan melampaui ekspektasi dari setiap kru yang telah mencoba.




Untuk review kali ini, Kru KotakGame mendapatkan versi PC, sehingga grafis yang ditawarkan cukup fleksibel karena kami bisa mensetting sesuai kebutuhan. Grafis yang ditawarkan begitu indah, sehingga kami lupa bahwa game ini merupakan game horror. Ini memberikan perasaan yang cukup rumit bagi kru KotakGame, karena dengan warna terang yang didominasi warna coklat dan hijau, Dying Light 2 kurang memberikan impresi dunia yang kelam, berbeda dengan Dying Light 1 yang didominasi warna kelabu,

Kami memainkan versi Beta Test Gameplay, jadi ada kemungkinan masalah yang kami temui telah diperbaiki berbagai bug yang menyerang. Kami merasakan Frame Jumping walau tak separah yang telah dibicarakan dalam komunitas. Hanya sekali dua kali, dan terjadi bukan battle, namun saat cutscene.




Pelaksanaan Cerita Yang Kurang Direct

Dying Light 2 ini merupakan sekuel lepas dari Dying Light pertama, dimana game kedua mengambil setting 22 tahun setelah game pertama dan 15 tahun semenjak The Fall terjadi, sehingga tidak ada keterkaitan langsung antara game pertama dengan game kedua, pemain yang ingin bermain game kedua ini bisa langsung terjun dan bermain sebagai Aiden Caldwell, seorang Pilgrim yang harus berpetualang ke kota Viledor untuk mencari saudarinya, Mia Caldwell. Secara sekilas, pelaksanaan cerita dalam Dying Light 2 ini lebih terasa misterius, karena kita tidak mengenal Aiden dan Mia, dan mengapa Aiden mencari saudarinya tersebut. Potongan cerita diberikan dalam bentuk flashback, dan pemain harus menyambungkan potongan puzzle tersebut seiring kita bermain.

.



Pelaksanaan cerita ini terasa begitu berbeda dan kurang apabila dibandingkan dengan game pertamanya, dimana kita mengenal Kyle Crane sebagai agen rahasia yang harus menghentikan Kadir Suleiman yang mencuri data rahasia dan berpotensi memulai perang dunia, namun harus bertahan hidup dari kejaran zombie yang buas, dan masuk ke dalam game dengan situasi yang mengerikan. Perbedaan dalam gaya penyampaian cerita ini menyebabkan kurangnya rasa empati kepada Aiden dan pengertian akan motivasi Aiden dalam petualangannya mencari Mia bagi Kru KotakGame.

BACA JUGA BERITA INI
close