Platform pesan instan populer, Telegram, kembali menghadapi masalah hukum. Kali ini, bukan hanya di tingkat nasional, tetapi juga di tingkat Uni Eropa. Setelah CEO-nya, Pavel Durov, berurusan dengan tuntutan pidana di Prancis, kini Telegram menjadi sasaran investigasi mendalam oleh Uni Eropa.
Fokus utama investigasi ini adalah jumlah pengguna aktif Telegram di wilayah Uni Eropa. Joint Research Centre, sebuah departemen di bawah Komisi Eropa, mencurigai Telegram sengaja memberikan data yang tidak akurat mengenai jumlah penggunanya.
Menurut aturan Digital Services Act (DSA) yang baru di Uni Eropa, platform online dengan lebih dari 45 juta pengguna dikategorikan sebagai platform online besar. Platform dalam kategori ini diwajibkan untuk memenuhi standar yang lebih ketat, termasuk transparansi data, moderasi konten, dan akuntabilitas.
Telegram telah melaporkan jumlah penggunanya di Uni Eropa di bawah angka kritis 45 juta. Namun, para ahli hukum dan data Uni Eropa meragukan klaim tersebut. Mereka menduga Telegram sengaja menurunkan angka ini untuk menghindari kewajiban yang lebih besar di bawah DSA.
Jika terbukti bersalah menyembunyikan jumlah pengguna yang sebenarnya, Telegram bisa menghadapi denda hingga 6% dari total pendapatan tahunannya. Selain itu, perusahaan juga bisa dikenai sanksi lain, seperti pembatasan layanan di wilayah Uni Eropa.
"Kami memiliki metode sendiri untuk memverifikasi akurasi data pengguna," tegas Thomas Regnier, juru bicara Komisi Eropa untuk isu digital. "Jika kami menemukan adanya ketidaksesuaian, kami berhak untuk mengklasifikasikan platform tersebut sebagai platform online besar berdasarkan hasil investigasi kami."
Baca ini juga :
» Threads Segera Tampilkan Iklan, Mulai Awal 2025
» Pengusaha New York Dipenjara 5 Tahun karena Mencuri Bitcoin Senilai Rp 71 Triliun
» Republic of Gamers Days: Berhadiah ROG Custom Sneakers, Limited Edition!
» Indonesia Game Experience (IGX) 2024 Gebrak Kota Surabaya
» Kominfo Berencana Membuat 911 Versi Indonesia! Respon Tanggap Darurat Bisa Lebih Cepat dan Akurat!
» [TGS 2024] LEVEL-5 Umumkan Lineup Game Yang Bakal Muncul di Tokyo Game Show 2024
» Viral! Bang Windah Masuk Top 10 Video Paling Rame di Jepang!
» Mitra Facebook Diduga Gunakan AI untuk Lacak Percakapan Pengguna
Pihak Telegram belum memberikan tanggapan resmi terkait investigasi ini. Namun, sebelumnya, Telegram mengklaim bahwa jumlah pengguna aktif bulanannya di Uni Eropa jauh di bawah 45 juta.
Selain masalah dengan Uni Eropa, Pavel Durov juga tengah berhadapan dengan tuntutan pidana di Prancis. Ia dituduh terlibat dalam berbagai aktivitas ilegal, termasuk penyebaran pornografi anak, perdagangan narkoba, dan peretasan.
Durov membantah semua tuduhan tersebut. Namun, ia tetap ditahan beberapa hari sebelum akhirnya dibebaskan dengan jaminan.
Investigasi yang sedang berlangsung ini tentu saja akan berdampak pada masa depan Telegram di Eropa. Jika terbukti bersalah, reputasi Telegram akan tercoreng dan perusahaan bisa menghadapi kesulitan untuk beroperasi di wilayah ini.
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.