



Adhiguna Kuncoro memulai langkahnya ke dunia kecerdasan buatan (AI) dari ruang kos sederhana di Ciumbuleuit, Bandung, ketika memilih topik skripsi AI di Institut Teknologi Bandung (ITB) — saat itu, AI terasa seperti fiksi ilmiah yang abstrak dan jauh. Namun 12 tahun kemudian, ia menjadi satu-satunya peneliti Indonesia di Google DeepMind, divisi riset AI paling bergengsi di dunia.
Setelah lulus dari ITB, Adhi, panggilan akrabnya, melanjutkan studi ke University of Oxford. Perjalanan akademiknya nyaris tersendat ketika ia gagal dua mata kuliah di semester pertama, termasuk machine learning. Alih-alih menyerah, kegagalan itu justru menjadi bahan bakar semangatnya untuk terus maju dan memperkuat keyakinan bahwa “untuk menjadi ahli AI, tantangan harus dihadapi,” tegasnya.
Kemampuannya semakin diasah melalui dua gelar Master of Science—pertama di Oxford, kemudian di Carnegie Mellon University (CMU) di AS, kampus ternama dalam bidang AI. Ia lalu meneruskan studi doktoral di Oxford dengan beasiswa penuh dan berhasil membaur ke dalam tim riset DeepMind. Saat ini, ia dikenal sebagai Staff Research Scientist di London.
Menurut Direktur Riset DeepMind, Marc’Aurelio Ranzato, Adhi dipilih karena kombinasi keilmuan mendalam dan kreativitas di bidang Natural Language Processing (NLP), komponennya krusial dalam pengembangan Large Language Model (LLM) seperti Gemini.
Kini, dia berada di garis depan pengembangan Gemini agar makin cerdas, efisien, dan inklusif, terutama dalam memahami berbagai bahasa lokal. Adhi meyakini bahwa agar AI benar-benar paham bahasa Indonesia atau daerah, data bahasa tersebut harus dilatih secara khusus.
Baca ini juga :
» Menteri Keuangan Purbaya Sebut Programer Coretax dari LG Setara Lulusan SMA
» UniPin 'Bangga Main Lokal' di Indonesia Comic Con 2025: Dorong Kolaborasi Game dan Kuliner Nusantara
» myBCA Indonesia Comic Con X Indonesia Anime Con 2025, Jembatan Budaya Pop Global dan Lokal
» myBCA Indonesia Comic Con x Indonesia Anime Con 2025: Dorong Ekonomi Kreatif Berbasis IP
» Kabar Duka: Ika Zidane, "Suara" Ikonik di Balik Ninja Hattori dan Doraemon, Tutup Usia
» Teknisi HP Mari Berkumpul! Indonesia Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Dunia Reparasi CPU Ponsel
» PBB Mulai Pantau Keadaan Indonesia! Menegaskan Kepada Aparat dan Pemerintah Untuk Menahan Diri
» Driver Ojol Dapat Traktiran dari Netizen ASEAN, Solidaritas Lintas Negara Terasa Nyata
Ke depannya, satu peneliti Indonesia lagi dikabarkan akan bergabung di DeepMind. Momentum ini membuka harapan: makin banyak anak bangsa yang ikut merancang inovasi teknologi global.
Adhi tak hanya bekerja sendiri. Ia turut memfasilitasi kolaborasi antara DeepMind dan Indonesia, seperti menyelenggarakan Summer School AI pada 2019 di Jakarta dengan dukungan Google dan Meta senilai Rp 500 juta. Ia juga ikut mengembangkan dataset bahasa Indonesia yang kini bisa diakses publik secara gratis.
Pakar keamanan siber di Indonesia mengingatkan pentingnya regulasi untuk mencegah penyalahgunaan teknologi seperti AI dalam phishing atau hoaks. Adhi menyadari tantangan ini, namun tetap optimis bahwa AI bisa memberi manfaat besar bila kolaborasi antara global-to-local berjalan baik.
Kisah Adhiguna Kuncoro mengingatkan generasi muda bahwa mimpi besar bukan sekadar impian. Dengan kerja keras, keberanian menghadapi kegagalan, dan tekad membangun dari belakang layar, ia membuktikan bahwa anak bangsa bisa duduk di pusat revolusi teknologi dunia. Kini dia berdiri sebagai simbol harapan: tantangan adalah batu loncatan, bukan penghalang.
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.