



Sebuah kasus rumah tangga di Zhengzhou, Tiongkok tengah, menjadi sorotan setelah seorang pria bernama Mr. Liu mengajukan gugatan cerai. Alasannya: sang istri dilaporkan menghabiskan tabungan keluarga selama bertahun-tahun untuk memberikan donasi ke seorang streamer pria, mencapai total 670.000 yuan atau sekitar 94.000 USD.
Selama delapan tahun pernikahan, Liu hidup dengan pola yang sangat hemat. Ia menekan biaya hidup seminim mungkin dan mengirim hampir seluruh penghasilannya kepada istrinya. Tujuannya sederhana: menciptakan rasa aman bagi istrinya dan membangun stabilitas finansial keluarga.
Menurut laporan South China Morning Post, upaya Liu terkumpul dalam bentuk tabungan sebesar 1,16 juta yuan (163.000 USD), seluruhnya ia percayakan untuk dikelola istrinya.
Namun situasi berubah ketika Liu meminta untuk memeriksa saldo akun itu. Sang istri menolak, memicu kecurigaannya. Setelah desakan lebih lanjut, istrinya akhirnya menangis dan mengakui bahwa tabungan itu telah habis.
Baca ini juga :» Pemerintah China Aktif Dukung Developer Game Dengan Dana dan Fasilitas Gratis
» Awas! Harga HP China Diprediksi Meroket, Bos Xiaomi Beri Peringatan Keras
» Hubungan Bilateral China dan Jepang Memanas, Saham Video Game Turun?
» Tiongkok Buat Aturan Baru Untuk Influencer, Tidak Boleh Bahas Topik Sensitif Tanpa Gelar Atau Pengetahuan Lanj
» Streamer dan Content Creator Korea Selatan Dibunuh Oleh Fans/Viewer Miliknya Yang Juga Donatur Tertinggi
» China Melakukan BAN Terhadap OnlyFans Karena Dianggap “Korup Dan Penyakit khas Amerika”
» Amerika Akan Membatasi Chipset AI Di Asia Tenggara Demi Menghalau Jalur Belakang Ke China
» Streamer Kecil-Kecilan Lando Norris Menangkan British Grand Prix F1
Dari total 1,16 juta yuan, istrinya menghabiskan 670.000 yuan hanya untuk memberikan tip dan hadiah virtual kepada seorang streamer pria yang ia ikuti setiap hari. Ketika ditanya soal sisa uangnya, ia tak bisa memberikan penjelasan jelas.

Lebih buruk lagi, untuk mempertahankan kebiasaannya berdonasi, sang istri ternyata meminjam 80.000 yuan (11.200 USD) dari layanan pinjaman online, sehingga menjerumuskan keluarga semakin dalam utang.
Liu sendiri hidup sangat sederhana, tinggal di kamar sewaan seharga 300 yuan per bulan (sekitar 42 USD). Sementara itu, istrinya tidak bekerja dan fokus menjadi pengasuh anak sejak mereka menikah.
“Saya menghemat untuk makan dan kebutuhan lain, lalu memberikan semua penghasilan kepada istri. Tapi dia malah memberikan uang itu kepada pria lain,” ujar Liu kepada Henan TV.
Ia menambahkan bahwa ia merasa dikhianati dan “tidak lagi memiliki cinta” untuk istrinya.
Chat log yang beredar menunjukkan istrinya meminta sang streamer memanggilnya “baby,” meski ia mengklaim tidak pernah bertemu streamer itu secara langsung.
Dengan tabungan habis dan utang menumpuk, Liu kini berencana menuntut hak atas separuh properti bersama sebagai langkah awal sebelum mengajukan gugatan cerai.

Kasus seperti ini bukan yang pertama terjadi, dan fenomena kecanduan livestreaming di Asia Timur kerap memicu situasi ekstrem.
Beberapa contoh lainnya:
• Tiongkok (2024): Seorang pria menghabiskan tabungan keluarga dan bahkan mencuri ratusan ribu yuan untuk menyumbang $555.000 USD kepada streamer hanya untuk dipanggil “bro.”
• Korea Selatan (2023): Seorang pria yang telah mendonasikan $70.000 USD kepada streamer wanita akhirnya ditangkap setelah mengaku membunuh sang streamer. Kasus ini mengguncang dunia streaming Korea.
Fenomena ini menyoroti risiko kecanduan interaksi digital dan bagaimana hubungan parasosial bisa mengguncang kehidupan nyata.