Notice: Undefined variable: key in /var/www/m/detailreview.php on line 53 Review: Grafis Cantik Bukan Jaminan! 7 Game Dengan Grafis Extra Ciamik, Namun Gagal di Pasaran! | KotakGame
space
GRAFIS CANTIK BUKAN JAMINAN! 7 GAME DENGAN GRAFIS EXTRA CIAMIK, NAMUN GAGAL DI PASARAN!
Selasa, 26 Apr 2022

Dewasa ini, game sudah menjadi sebuah seni tersendiri dengan menggabungkan aspek visual serta audio. Tak jarang, game masterpiece adalah game yang mampu memberikan kedua aspek tersebut dengan sempurna. Namun tak jarang juga, walau kedua aspek tersebut telah diberikan, tetap saja game tersebut gagal dipasaran.

Lalu game apa saja yang memiliki grafik bintang 5, namun tidak sukses? Langsung simak dibawah! Baca ini juga :
» Review - SWORD ART ONLINE: Fractured Daydream
» Review Lenovo Legion Go
» Peripheral Cooler Master SF6 Chun-Li Edition
» Rise of the Ronin - Review
» EA Sports FC 24
» Rekomendasi Build Baizhu di Genshin Impact versi 3.6
» Bisa Minum Lewat Headset hingga Cukuran RGB, Deretan Joke Brand Gaming di April Mop!
» Gak Nyangka Demen Ngegame! 7 Game Favorit Raditya Dika!

Evolve

Evolve adalah sebuah game yang mengapit satu pemain yang mengendalikan monster melawan empat pemain lainnya yang mengontrol manusia. Premisnya adalah seekor monster berbahaya lepas, dan para pemburu harus segera membunuh monster tersebut sebelum monster itu berevolusi dan tak bisa dikontrol. Premis ini menjadi rasa yang segar kepada gamer karena biasanya game fps hanya berupa Call of Duty dan lain-lain.

Ketika dirilis, Evolve masih memberikan hype yang ada, bahkan sampai ada cabang esports khusus Evolve. Dengan grafis yang kala itu benar-benar mengalahkan game FPS lainnya, Evolve serasa berada pada jalur cepat kesuksesan. Sayangnya, hype ini bahkan tak bertahan sampai setahun karena kurangnya variasi permainan dan susahnya menemukan target di map yang begitu luas. Alhasil, game ihi digratiskan bahkan harus sampai ditutup servernya karena tidak laku.

2. Titanfall


Titanfall merupakan game FPS yang menggabungkan competitive shooting dengan elemen robot bak kaijuu yang bisa dikendalikan. Grafis yang diberikan pun tidak tanggung-tanggung, kala itu Titanfall lebih terasa seperti game dari Pacific Rim. EA selaku pihak publisher sayangnya harus menelan pembelajaran pahit dimana sebuah game kompetitif apabila aksesibilitasnya dibatasi, akan menjadi formula yang gagal. Bagaimana tidak? Pemain dituntut membeli game seharga puluhan Dollar Amerika untuk sebuah pengalaman bermain yang bisa didapatkan dalam Call of Duty klasik. Barulah ketika Titanfall 2 muncul dengan story yang menggugah baru pemain kembali melirik Titanfall

3. Anthem

Siapa yang tak mau menjadi Iron-Man dari Avengers? Anthem adalah sebuah game yang menjawab keinginan para pemain dengan konsepnya yang sangat menarik, menjadi penjelajah planet baru dengan menggunakan eksoskeleton robotik yang super canggih, bahkan pemain bisa bermanuver di udara bak Iron-Man. Memang berambisi adalah hal yang positif, namun jika tidak dibarengi dengan rasa peduli yang cukup, tentu ambisi tersebut akan gagal.

Sayangnya, hal inilah yang terjadi kepada Anthem. Bayangkan saja, sebuah game AAA karya EA ini gagal mengalahkan Warframe yang notabene sebuah game gratisan, bahkan gagal mengalahkan Destiny 2, yang kala itu telah berumur. Kehampaan konten, hingga kurangnya rasa peduli pada game dari developer mengakibatkan developer Anthem mengabaikan roadmap yang telah dibuat..

4. Watch Dogs

Masih dari Ubisoft, Watch Dogs merupakan sebuah game yang kata penggemar membawa Assassin Creed ke dunia modern. Bermain menjadi seorang hacker, Aiden Pearce, pemain akan berpetualang di kota Chicago guna melawan korporat yang korup.

Premis yang dijanjikan begitu unik, dan berbagai trailer yang menggugah imajinasi, siapa yang tak ingin mengontrol kota menggunakan handphone? Namun sayang, ketika dirilis ke publik, kebebasan yang dijanjikan begitu tidak bebas. Berbagai janji manis terhadap grafik diingkari begitu saja. Namun sekarang untungnya berkat Watch Dogs Legion, kepercayaan penggemar Ubisoft mulai kembali.

BACA JUGA BERITA INI
close