Industri internet satelit semakin memanas dengan hadirnya SpaceSail, proyek ambisius yang didukung oleh pemerintah Shanghai dan Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok. Dikenal juga sebagai "Qianfan" atau "Konstelasi Seribu Layar," SpaceSail bertujuan menghadirkan layanan broadband berkecepatan tinggi melalui satelit orbit rendah Bumi (LEO), menyaingi dominasi Starlink milik SpaceX.
SpaceSail menunjukkan pertumbuhan pesat sejak peluncuran 18 satelit pertamanya pada Agustus 2024. Memasuki awal 2025, jumlah satelitnya meningkat menjadi 72 unit, dengan target ekspansi besar-besaran mencapai 648 satelit pada akhir tahun. Tak berhenti di situ, proyek ini berencana menggandakan jumlahnya menjadi 1.296 satelit dan pada 2030 menargetkan konstelasi masif berisi 15.000 satelit di orbit.
Meski SpaceSail berkembang cepat, Starlink masih memimpin dalam persaingan. Dengan lebih dari 7.000 satelit yang sudah beroperasi dan melayani lima juta pelanggan di lebih dari 100 negara, SpaceX terus menambah jumlah satelitnya setiap pekan dan menargetkan total 34.400 satelit dalam beberapa tahun ke depan. Bahkan, Starlink telah meluncurkan layanan langsung ke perangkat seluler di beberapa wilayah tertentu.
Namun, persaingan ini bukan hanya soal jumlah satelit. Faktor politik, infrastruktur, dan pengaruh global juga memainkan peran penting. Keterkaitan Starlink dengan militer AS telah membuatnya sulit diterima di beberapa negara seperti China, Rusia, Iran, dan Korea Utara. Regulasi juga menjadi hambatan di India dan Pakistan, sementara di Afrika—pasar potensial untuk internet satelit—Starlink baru tersedia di 14 negara.
Baca ini juga :» TikTok Tambahkan Fitur Amber Alert di FYP untuk Bantu Kasus Penculikan Anak
» Google Uji Coba Teknologi AI untuk Melindungi Anak di Internet
» Komdigi Berencana Lelang Frekuensi 1,4 GHz, Pengamat: Internet 100 Mbps Rp 100 Ribuan Mustahil
» Google Pixel & Mark Rober Hadirkan SAT GUS: Satelit Selfie dari Luar Angkasa
» Menkomdigi Meutya Hafid Cek Sinyal Internet di NTT pada Kunjungan Kerja Perdana
» Meutya Hafid Fokus Periksa Sinyal Internet di Pelosok Usai Dilantik Jadi Menkomdigi
» Kominfo Putus Akses Internet Judi Online Ke Negara Kamboja dan Filipina!
» Kominfo Klarifikasi Terkait Isu Starlink Direct to Cell di Indonesia
SpaceSail tidak hanya berorientasi pada bisnis broadband komersial, tetapi juga memiliki dimensi strategis. Beijing memahami kekuatan geopolitik dari jaringan satelit, seperti yang ditunjukkan oleh Starlink dalam mendukung komunikasi medan perang Ukraina. Dengan mengembangkan alternatif sendiri, China dapat mengamankan kendali atas infrastruktur luar angkasa serta memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara berkembang yang membutuhkan akses internet terjangkau.
Saat ini, persaingan di industri internet satelit semakin ketat. Selain SpaceSail dan Starlink, ada juga Project Kuiper dari Amazon, OneWeb milik Inggris, serta IRIS² dari Uni Eropa yang turut mengembangkan konstelasi LEO. Namun, hingga kini, belum ada yang mampu menyaingi skala besar Starlink.
Jika SpaceSail sukses mengeksekusi rencananya, proyek ini bisa menjadi pesaing non-Barat pertama yang serius di industri internet satelit global. Namun, tantangan terbesar tetap ada: menembus pasar internasional. Starlink mungkin unggul untuk saat ini, tetapi perlombaan ini masih jauh dari kata selesai.
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.