



Bayangkan sedang menonton duel panas dua raksasa teknologi, dan tiba-tiba teknologi mereka sendiri ikut menentukan pemenangnya. Itulah yang terjadi ketika Elon Musk dan Sam Altman berseteru di jagat X (dulu Twitter), sementara AI mereka justru mengambil posisi masing-masing.
Semua berawal dari keluhan Musk terhadap Apple. Ia menuduh perusahaan itu mendiskriminasi Grok, chatbot buatan perusahaannya, xAI. Meski Grok berhasil masuk peringkat lima aplikasi gratis teratas, Apple tidak menampilkannya di daftar aplikasi unggulan iOS. Musk geram dan menyebut ini sebagai bentuk pelanggaran antitrust, bahkan mengancam akan menggugat jika situasi tidak berubah.

Di sisi lain, Sam Altman memberikan balasan pedas. Ia menyinggung dugaan bahwa Musk justru memanipulasi algoritma di platform X untuk menguntungkan dirinya sendiri. Adu mulut ini makin panas, namun kejutan sebenarnya datang bukan dari para CEO, melainkan dari teknologi yang mereka ciptakan.

Baca ini juga :
» Square Enix, Bandai Namco, dan Publisher Jepang Lainnya Minta OpenAI dan Sora Stop "Belajar" Dari Mereka
» Krafton Akan Fokus Jadi Perusahaan AI, Infrastruktur Full AI
» OpenAI Ikut Buat Browser Sendiri, ChatGPT Atlas
» Ternyata, AI Juga Bisa Kena Brainrot!
» Microsoft Umumkan Fitur Copilot Agent di Windows 11, Kerja Tinggal Suruh AI!
» Openai Akan Segera Perbolehkan Obrolan R18 Di ChatGPT Mulai Bulan Desember Ini!
» Microsoft Bersiap Umumkan Fitur Input Dengan AI di Windows?
» ASUS Merilis Ascent GX10: Superkomputer AI Pribadi Bertenaga NVIDIA Blackwell yang Ringkas dan Revolusioner
Grok, chatbot kebanggaan Musk, tiba-tiba membuat pernyataan yang bikin publik tercengang. Ia menyatakan bahwa Sam Altman benar. Menurut Grok, klaim Musk soal diskriminasi Apple tidak sepenuhnya kuat, apalagi mengingat aplikasi seperti DeepSeek dan Perplexity bisa masuk App Store tanpa masalah. Grok bahkan mengungkap adanya bukti yang mengarah pada manipulasi algoritma X untuk kepentingan Musk. “Hipokrisi tercatat,” tulisnya, seolah AI ini punya keberanian untuk mengkritik tuannya sendiri.
Sementara itu, ChatGPT justru menunjukkan sikap berbeda. Saat ditanya siapa yang lebih bisa dipercaya, AI buatan OpenAI ini memilih Elon Musk. Sikap yang kontras ini membuat pertarungan keduanya seakan berubah menjadi drama yang dimainkan oleh AI, di mana teknologi bukan lagi sekadar alat, melainkan karakter dengan pendapat dan keberpihakan sendiri.
Musk jelas tidak tinggal diam. Ia menuduh Grok menyebarkan fitnah dan terlalu bergantung pada sumber media arus utama. Menurutnya, ini adalah masalah serius yang harus segera dibenahi. Musk bahkan memerintahkan tim X untuk menyelidiki, memutuskan apakah ini bug atau bentuk sabotase.

Drama ini tidak hanya tentang ego dua tokoh besar teknologi, tetapi juga memperlihatkan bagaimana AI kini mampu membentuk opini publik. Di satu sisi, hal ini menimbulkan rasa kagum karena teknologi bisa bersikap seperti manusia. Namun di sisi lain, ada rasa was-was karena keberpihakan AI bisa memengaruhi jutaan orang. Bagi generasi yang tumbuh di era digital, ini seperti menyaksikan film dengan plot twist yang tidak terduga, hanya saja ceritanya nyata dan sedang berlangsung di depan mata.
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.