



Internet pernah geger gara-gara sebuah aplikasi bernama Rumblr. Konsepnya sederhana tapi gila: sebuah platform mirip Tinder, tapi bukan buat cari pasangan, melainkan buat cari lawan berantem. Serius. Pengguna bisa swipe profil orang lain, janjian lokasi, lalu gelut bareng. Ide seliar ini langsung bikin dunia teknologi dan media internasional heboh.
Baca ini juga :» RRQ Resmi Rekrut Jovanni “Jovi” Vera sebagai Pelatih Baru Divisi VALORANT
» Shakira Kejutkan Publik, Ternyata Pemain Clash Royale dengan Trophy 13.800
» Adik Prabowo Gandeng Raksasa Teknologi Jepang Hadirkan Internet Rakyat 5G FWA Pertama di Dunia
» Arknights Kembali Jadi Sorotan, Hypergryph Akui Kelalaian dan Minta Maaf atas Dugaan Plagiarisme Skin Blaze
» Whitemon dan Tundra Esports Juara BLAST Slam IV Setelah Tumbangkan Team Falcons 3 2
» T1 Raih Three-peat di Worlds 2025 Setelah Kalahkan KT Rolster dalam Telecom War Epik
» Chengdu All Gamers Resmi Jadi Juara KPL 2025, Tumbangkan Wolves Esports di Bird’s Nest
» Pria yang Lamar di MPL ID Kena Ulti Mantan! Ternyata Sudah Pernah Tunangan
Tapi setelah ramai diberitakan, belakangan kenyataannya terungkap. Rumblr bukan aplikasi beneran. Ini cuma proyek viral marketing yang sengaja dibuat agar dibahas di mana-mana. Berikut kisah lengkapnya.
Konsep Rumblr yang Terlalu Absurd untuk Diabaikan
Rumblr disebut sebagai aplikasi buat cari “casual fight”. Bukan sparring resmi, bukan olahraga teratur, tapi murni duel antar pengguna sesuai kesepakatan. Fitur yang ditawarkan pun terlihat lengkap, seperti aplikasi sosial profesional:
Swipe profil orang yang mau diajak berantem
Kategori khusus wanita
Mode pertarungan kelompok
Peta lokasi fight yang bisa ditonton publik
Dari cara promosinya, semuanya terlihat seperti startup teknologi beneran. Wajar kalau langsung viral cepat.
Media Ikut Menyebarkan, Netizen Mulai Mencium Kejanggalan
Begitu hype naik, banyak media global langsung mengangkat berita Rumblr. Namun, makin banyak orang makin curiga. Kenapa aplikasinya tidak pernah muncul di App Store dan Play Store? Kenapa “versi beta” hanya berupa tampilan web sederhana yang tidak jelas fungsinya?
Selain itu, pertanyaan soal legalitas juga langsung muncul. Mengatur perkelahian fisik tentu berisiko. Ada konsekuensi hukum, keselamatan, dan potensi kekerasan yang tidak bisa diabaikan.
Fakta Akhir: Rumblr Dibuat Sebagai Hoax Marketing
Tidak lama kemudian, kebenaran muncul. Creative agency bernama von Hughes mengakui bahwa Rumblr memang bukan aplikasi fungsional. Itu hanyalah proyek marketing eksperimen sekaligus portfolio agar mereka dikenal sebagai agency yang kreatif dan berani.
Tujuannya sederhana: membuat konsep ekstrem dan membiarkan media menyebarkannya. Benar saja, dalam waktu singkat Rumblr menjadi headline di berbagai portal teknologi, olahraga, sampai budaya pop.
Semua karena satu ide yang terasa terlalu gila tapi mungkin saja nyata.
Apa yang Bisa Dipelajari dari Kasus Rumblr?
Ide yang tidak masuk akal bisa mengalahkan iklan mahal
Rumblr menunjukkan bagaimana satu konsep unik dan kontroversial mampu memberi exposure global tanpa membayar iklan.
Media sensitif terhadap sensasi
Banyak outlet terburu-buru meliput tanpa melakukan riset lebih dalam. Rumblr membuktikan bahwa verifikasi tetap harus jadi standar.
Viral marketing tidak selalu etis
Menggunakan konsep kekerasan sebagai campaign tentu memancing debat. Apakah ini sekadar lucu, atau berpotensi berbahaya bagi publik? Interpretasinya bisa berbeda-beda.
Internet punya kelemahan: suka hal absurd
Semakin aneh idenya, semakin cepat viral. Rumblr memanfaatkan hal itu dengan sangat efektif.
Kesimpulan
Rumblr adalah salah satu contoh hoax teknologi paling terkenal. Sebuah aplikasi yang bahkan tidak pernah berfungsi, tapi berhasil membuat dunia percaya bahwa platform buat cari lawan berantem itu nyata. Walaupun cuma proyek marketing, kasus ini tetap jadi salah satu momen unik dalam sejarah internet.
Dan pada akhirnya, gamer tetap punya tempat duel yang aman. Bukan di jalan, tapi di arena game. Lebih aman, lebih fun, dan tidak ada risiko rahang bermasalah.