Memulai debutnya sebagai pengganti seri Prince of Persia di tahun 2008 lalu, Assassin's Creed sudah berkembang menjadi salah satu franchise game open-world terbesar Ubisoft saat ini. Menjadikan beberapa figur pembunuh sebagai karakter utama yang bertugas dalam menjatuhkan kekuasaan Templar dari masa ke masa, setiap seri Assassin's Creed selalu memiliki daya tarik yang kuat dari segi jalan cerita dan latar sejarah yang diusungnya.
Sejak rilisnya Assassin's Creed Unity yang bermula sebagai proyek ambisius, Ubisoft memang sudah kehilangan sentuhannya dalam mengembangkan sebuah game Assassin yang solid. Memutuskan untuk mengambil jeda satu tahun lebih lama, akhirnya franchise ini kembali bangkit dengan seri Assassin's Creed Origins yang mendapat banyak respon positif. Maka sama seperti kebiasaan Ubisoft dalam mengeksploitasi franchisenya, tahun ini mereka kembali merilis seri terbaru Assassin's Creed Odyssey yang mengambil setting era Yunani kuno.
» Prince of Persia The Lost Crown Review
» Avatar: Frontiers of Pandora
» Review Jade Dynasty: New Fantasy
» Review Elden Ring
» Review Horizon Forbidden West
» Review Vivobook pro 14x OLED M7400Q
» Review Uncharted: Legacy of Thieves Collection
» The Dark Pictures: House of Ashes
Walaupun premisnya cukup ambisius, namun respon yang diberikan oleh para gamer ke seri ini tidak sebaik prediksi. Entah itu karena konsep dan mekanisme yang terlalu serupa dengan seri sebelumnya, hingga cita rasa Assassin yang sudah hilang. Tentu saja mencoba gamenya secara langsung adalah cara terbaik untuk menilai kualitasnya, karena itulah kali ini Kru KotGa sudah merangkum review dari impresi setelah memainkan gamenya selama satu minggu terakhir. Daripada penasaran, yuk! simak ulasan lengkapnya dibawah ini.
Kekuatan dua sudut pandang cerita
Mengambil setting masa perang Peloponnesos di tahun 431 sebelum masehi, Assassin's Creed Odyssey kali ini memberikan pemain kesempatan untuk menikmati jalan cerita dari sudut pandang dua karakter utama yang bisa dipilih. Kedua karakter tersebut adalah Alexios dan Kassandra. Pada playthrough pertama kali ini, Kru KotGa memilih Kassandra untuk menuntun jalan ceritanya. Kedua karakter ini bersifat canon dan memiliki keterikatan satu sama lain sebagai kakak beradik, jadi kamu hanya perlu memilih siapa diantara mereka yang paling cocok untuk dimainkan.
Untuk Kassandra, dia memiliki masa kecil yang tragis. Dipercayakan sebagai pewaris perjuangan sosok ksatria legendaris Leonidas, sayangya Alexios yang merupakan adik laki-lakinya malah mendapat ramalan buruk akan potensinya yang mengancam masa depan Sparta. Tentu saja Kassandra tidak terima dengan ramalan tersebut dan berusaha menyelamatkan adiknya, walaupun pada akhirnya dia dicap sebagai pengkhianat Sparta dan hampir terbunuh oleh ayah angkatnya. Setelah berhasil selamat dari kematian dan kabur ke lautan luas hingga akhirnya terdampar di Kephallonia, sejak saat itulah dia mulai tumbuh sebagai tentara bayaran yang bekerja dibawah Markos. Setidaknya itulah rangkuman kasar dari latar belakang Kassandra, dimana plot cerita dalam game ini akan mengikuti petualangan baru yang harus dihadapinya sebagai generasi pertama Assassin.
Berperan sebagai tentara bayaran, disini kamu bisa memilih pihak mana yang dijadikan sekutu maupun musuh. Selain Athens, Delian dan Sparta, disini kamu juga bisa berhadapan dengan organisasi Cult of Kosmos. Fokus ceritanya memang terasa lebih personal dan membuka opsi yang jauh lebih bebas untuk membangun karaktermu. Opsi dialog yang mirip dengan game RPG seperti Mass Effect atau The Witcher juga membuat game ini terasa lebih hidup, karena setiap keputusan yang diambil selalu memiliki konsekuensi.