Ubisoft kembali menghadapi tantangan dalam merilis Assassin's Creed Shadows di Jepang. Pengembang game asal Prancis ini mengonfirmasi bahwa mereka harus menyensor beberapa elemen dalam game demi memenuhi standar ketat yang ditetapkan oleh CERO (Computer Entertainment Rating Organization), badan pemeringkat game di Jepang. Keputusan ini menambah daftar panjang tantangan yang dihadapi Assassin's Creed Shadows sebelum peluncurannya pada Maret mendatang.
Assassin's Creed Shadows telah melalui proses pengembangan yang lebih lama dari perkiraan, dengan beberapa kali penundaan yang membuat penggemar harus bersabar lebih lama. Namun, semakin dekat ke tanggal rilis, Ubisoft mulai berbagi lebih banyak detail menarik, termasuk penawaran konten tambahan bagi para pemain yang melakukan preorder.
『アサシン クリード シャドウズ』海外版(北米・欧州)と日本版 表現差異について#AssassinsCreedShadows pic.twitter.com/v3XrcppwMf
— Ubisoft Japan (@UBISOFT_JAPAN) January 24, 2025
Ubisoft mengonfirmasi bahwa mereka yang membeli preorder versi apapun dari Assassin's Creed Shadows akan mendapatkan DLC gratis berjudul Claws of Awaji. DLC ini menawarkan sekitar 10 jam konten tambahan, termasuk area baru yang bisa dijelajahi serta alur cerita unik yang berpusat pada kelompok musuh bernama Sanzoku Ippa. Meskipun pengumuman ini disambut dengan antusiasme oleh para penggemar, Ubisoft kembali menghadapi kendala dengan versi Jepang dari game ini.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis di akun Twitter resminya, Ubisoft mengungkapkan bahwa mereka harus mengubah dan menghapus beberapa elemen dalam Assassin's Creed Shadows untuk menyesuaikan dengan regulasi CERO. Saat ini, game ini telah menerima rating CERO Z, yang berarti hanya boleh dimainkan oleh mereka yang berusia 18 tahun ke atas. Namun, meskipun sudah memiliki rating tertinggi di Jepang, CERO masih menganggap beberapa adegan dalam game terlalu brutal.
Mirip dengan yang terjadi pada Resident Evil Village garapan Capcom, Ubisoft harus melakukan beberapa perubahan untuk menghindari pemblokiran distribusi di Jepang. Beberapa elemen yang disensor meliputi penghapusan darah dalam adegan pertempuran serta fitur pemotongan anggota tubuh yang dinonaktifkan sepenuhnya dalam versi Jepang. Selain itu, Ubisoft juga mengubah cara penggambaran bagian tubuh yang terpotong serta menyesuaikan beberapa dialog dalam bahasa Jepang, meskipun detail spesifik terkait perubahan ini tidak diungkapkan.
Yang menarik, Assassin's Creed Shadows bukanlah game pertama yang menghadapi tantangan serupa dari CERO. Pada tahun 2024, Shaun Noguchi, General Manager EA Jepang, juga mengkritik kebijakan badan pemeringkat ini terkait game Stellar Blade. Game ini menerima peringkat CERO D (17+), meskipun memiliki unsur kekerasan yang cukup tinggi. Sebaliknya, remake Dead Space justru ditolak pemeringkatannya oleh CERO karena menampilkan adegan tubuh dan organ dalam yang terpotong, sehingga game tersebut tidak bisa dirilis secara resmi di Jepang.
» Official Artbook Assassin's Creed Shadows Bocor Di Situs Anime 18+
» Ubisoft Tutup Studio Lagi, Ada Pengurangan Karyawan Untuk Restrukturasi
» Umur Hanyalah Angka! Viral di Jepang Maid Cafe Dengan Konsep Pelayan Lansia
» Ubisoft Kembali Tunda Perilisan Assassin's Creed Shadows ke 20 Maret 2025
» Saham Ubisoft Terjun Bebas hingga 40% Sepanjang Tahun 2024, Dampak Star Wars Outlaw?
» Saham Ubisoft Anjlok Hingga 80%, Ada Indikasi Bangkrut di Tahun 2025!
» Microsoft Akui Update Windows 11 24H2 Bikin Beberapa Game Ubisoft Nge-crash
» Jelang Perilisan, Ubisoft Rilis Video Gameplay Overview Karakter Naoe
Kasus ini menimbulkan perdebatan di komunitas gaming mengenai standar ganda dalam pemeringkatan game di Jepang. Beberapa pengamat menilai bahwa CERO memiliki kebijakan yang tidak konsisten dalam menilai tingkat kekerasan dalam game. Hal ini memunculkan pertanyaan, apakah game dengan latar Jepang seperti Assassin's Creed Shadows lebih diawasi ketat dibandingkan game dengan latar di luar negeri?
Bagi pemain Jepang, perubahan yang dilakukan Ubisoft tentu bisa mempengaruhi pengalaman bermain mereka. Dalam seri Assassin's Creed, sistem pertarungan yang brutal dan realistis menjadi salah satu daya tarik utama. Dengan penghapusan elemen seperti darah dan pemotongan tubuh, ada kemungkinan bahwa atmosfer game akan terasa kurang mendalam dibandingkan versi globalnya.
Namun, bagi Ubisoft, mengikuti regulasi CERO adalah langkah yang harus diambil untuk memastikan bahwa Assassin's Creed Shadows bisa tetap dirilis di Jepang tanpa kendala hukum. Sebagai salah satu pasar game terbesar di dunia, kehilangan pasar Jepang tentu bukan pilihan yang diinginkan oleh Ubisoft.
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.