Teknologi satelit seperti Starlink dari SpaceX, milik Elon Musk, semakin menjadi target dalam konflik global. Rusia dan China dilaporkan meningkatkan kemampuan mereka untuk mengganggu konstelasi satelit komersial, terutama Starlink, yang terbukti vital dalam operasi militer Ukraina.
Menurut laporan tahunan Secure World Foundation (SWF) bertajuk Global Counterspace Capabilities: An Open Source Assessment, Starlink kini menjadi sasaran utama setelah efektif digunakan dalam peperangan di Ukraina.
Gangguan terhadap layanan Starlink mulai terasa pada Mei 2024. Pejabat Ukraina mencurigai Rusia sebagai dalang di balik gangguan tersebut, yang diduga bagian dari uji coba sistem perang elektronik terbaru.
Analis SWF menyebut dua sistem utama Rusia, yaitu Tobol dan Kalinka. Sistem Tobol, yang awalnya dirancang untuk melindungi satelit Rusia, kini digunakan untuk mengacaukan sinyal komunikasi satelit dan navigasi GPS. Rusia telah mengoperasikan sedikitnya tujuh kompleks Tobol, dengan tiga di antaranya secara spesifik diarahkan untuk menghambat sinyal Starlink di Ukraina Timur.
Baca ini juga :
» Nvidia Rugi Rp 92 Triliun Akibat Larangan Ekspor Chip AI H20 ke China
» Eks Karyawan Bongkar Dugaan Mark Zuckerberg Bocorkan Rahasia AS ke China
» Intel Mulai Kehilangan Pangsa Pasar CPU di China, AMD Kian Menguat!
» Cegah Penipuan, Komdigi Batasi Registrasi SIM: 9 Nomor per NIK
» Intel dan TSMC Sepakat Dirikan Perusahaan Chip Bersama di AS
» Trump Perpanjang Tenggat Pemblokiran TikTok Selama 75 Hari
» Menjelang Batas Waktu Pelarangan, Trump Siap Tinjau Proposal Terakhir Penjualan TikTok di AS
» China Mulai Produksi Massal Baterai Nuklir Mini Tahan 50 Tahun
Namun, ancaman terbesar datang dari Kalinka, yang bahkan dijuluki "Starlink Killer." Sistem ini mampu melacak serta mengganggu sinyal antara Starlink dan perangkat pengguna, termasuk pesawat nirawak serta infrastruktur komunikasi militer Ukraina. Lebih mengkhawatirkan lagi, Kalinka diduga dapat mendeteksi terminal militer Starshield, versi aman dari Starlink untuk penggunaan pertahanan.
China pun tidak tinggal diam. Menurut laporan, China terus berinvestasi besar dalam pengembangan teknologi serupa, mempersiapkan diri untuk potensi konflik masa depan. Sebuah studi militer China tahun 2022 bahkan secara terang-terangan mendorong pengembangan senjata anti-satelit untuk melumpuhkan jaringan seperti Starlink jika terjadi konfrontasi dengan Amerika Serikat.
“Doktrin militer China fokus pada meraih keunggulan di awal konflik,” tulis laporan SWF. “Ini kemungkinan besar mencakup serangan terhadap satelit untuk memutus komunikasi dan navigasi lawan.”
Selain Rusia dan China, laporan SWF juga memantau perkembangan kekuatan luar angkasa di negara-negara lain seperti Amerika Serikat, India, Prancis, Israel, Korea Utara, Korea Selatan, Inggris, dan lainnya. Semuanya berlomba menguasai medan pertempuran baru: antariksa.
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.