Seorang pria asal Turki, Ömer Öztok, mendadak menjadi sorotan setelah nekat mengajukan lamaran untuk posisi CEO di OpenAI. Dalam surat lamarannya, ia menawarkan ide-ide kontroversial yang terkesan ambisius dan mustahil diwujudkan. Mulai dari mengganti jajaran eksekutif dengan ChatGPT, mengusulkan agar OpenAI membeli Google hanya demi merek dagang, hingga meminta kepemilikan 50 persen saham jika dirinya diterima sebagai CEO.
Langkah nyeleneh ini mungkin terdengar seperti gurauan, tetapi OpenAI merespons dengan cara yang mengejutkan banyak orang. Alih-alih mengabaikan, perusahaan tersebut mengirim surat penolakan resmi yang ditulis dengan nada profesional sekaligus jenaka. Surat itu bahkan diawali dengan kalimat penuh penghargaan: “We admire your boldness.”
Dalam surat tersebut, OpenAI dengan halus menegaskan bahwa ide yang diajukan dianggap terlalu ekstrem, bahkan menyebutnya “apocalyptic.” Usulan melatih GPT-6 hanya dengan cuitan pribadi di media sosial, menawarkan akses gratis ChatGPT Plus kepada tim AI Meta sebagai upaya “pembajakan,” hingga ide kepemilikan besar-besaran saham, dinilai tidak realistis dan berpotensi menimbulkan masalah hukum. Namun, penolakan itu dibalut dengan bahasa yang ramah. OpenAI menutup suratnya dengan kalimat sopan: “We wish you luck in your future endeavors.”
Balasan penuh humor dan elegan tersebut segera menjadi viral setelah Öztok membagikannya di LinkedIn. Dalam unggahannya, ia menulis caption menantang: “I shot my shot… One day, I'll overtake OpenAI. Just watch.” Postingan itu dengan cepat menyebar luas dan menuai ribuan respons, mulai dari yang terhibur hingga yang mengapresiasi keberaniannya. Nama Öztok pun menjadi perbincangan di berbagai platform, dan secara tidak langsung ikut mengangkat profil startup yang ia dirikan, Sondra.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa keberanian untuk melakukan hal tidak biasa bisa membawa perhatian yang besar. Meski ditolak, Öztok justru mendapatkan sorotan global. Surat penolakan OpenAI yang seharusnya menutup peluang kariernya justru menjadi panggung untuk memperlihatkan branding personalnya. Di tengah persaingan ketat industri teknologi, cara ini terbukti efektif untuk menempatkan dirinya dalam radar publik internasional.
Baca ini juga :
» Tak Henti-Hentinya Membuat Drama, Kali Ini Elon Musk Bawa Apple Dan OpenAI Ke Meja Hijau Bersamaan!
» Bak Drama Sosmed Di Indonesia, Elon Musk dan Sam Altman RIbut di Twitter Cuman Karena Peringkat App
» AI Juga Butuh Kepribadian, Bukan Cuma Otak! Itulah Alasan Sam Altman Kembalikan ChatGPT 4
» Mark Zuckerberg Menawarkan 100 Juta Dolar Amerika Untuk Merekrut Peneliti di OpenAI
» Tencent Luncurkan AI Hunyuan T1, Lebih Cepat dan Akurat dari DeepSeek
» Didukung Telkom, Danantara Berencana Bangun Pusat AI di Indonesia!
» Indonesia Masih Kaji Pemblokiran DeepSeek, Ini Pertimbangannya
» ByteDance Pamer AI Canggih, Bisa Bikin Video Super Realistis!
Kisah ini memberi pelajaran bahwa penolakan tidak selalu berarti kegagalan. Terkadang, respon negatif bisa berubah menjadi peluang untuk lebih dikenal dan diakui. Öztok mungkin tidak berhasil meraih kursi CEO OpenAI, tetapi ia sudah berhasil merebut perhatian dunia. Dan bagi banyak orang, keberanian inilah yang pada akhirnya menjadi aset paling berharga.
Selain berita utama di atas, KotakGame juga punya video menarik yang bisa kamu tonton di bawah ini.