space
THE DARK PICTURES: HOUSE OF ASHES
xboxone
Senin, 25 Oct 2021

Gameplay yang Tidak Jauh Berbeda




Secara mekanismenya, House of Ashes tidak jauh berbeda dengan game-game pendahulunya garapan Supermassive Games. Kebanyakan game garapan developer ini mengusung genre naratif dan interaktif yang kuat, melalui mekanisme QTE. QTE atau kepanjangannya Quick Time Event menjadi kunci utama gameplay di House of Ashes seperti Little Hope, Man of Medan, dan Until Dawn. Ada berbagai momen QTE yang intens dan mempengaruhi setiap aspek karakter dan nasib mereka. Di sini, pemain dituntut untuk merespon dengan cepat di setiap tindakan yang ada. Namun pemain tidak perlu khawatir atau panik kapan QTE akan muncul. Pemain akan diberitahu sebelumnya kapan QTE muncul hingga jenis QTE yang akan datang.

Baca ini juga :
» Review Jade Dynasty: New Fantasy
» Review Elden Ring
» Review Horizon Forbidden West
» Review Vivobook pro 14x OLED M7400Q
» Review Uncharted: Legacy of Thieves Collection
» Far Cry 6
» Ghost of Tsushima: Director's Cut
» Neo: The World Ends with You
QTE ini tidak hanya menentukan nasib karakter, melainkan berdampak pada jalan cerita. Ada sejumlah pilihan yang akan pemain hadapi ketika berbicara dengan karakter lain di beberapa scene. Namun, setiap pilihan yang diambil tentu memiliki konsekuensi tersendiri. Ada yang memengaruhi cerita di masa depan atau bahkan mengakibatkan kematian langsung seorang karakter. Akan tetapi, QTE yang hadir di sini akan selalu menegangkan dan semua tidak mudah ditebak konsekuensinya. Tidak heran jika seringkali ada beberapa pemain maupun streamer yang memainkan ulang game-game Supermassive Games demi mengetahui jalan cerita atau ending lainnya.




Penentuan karakteristik karakter hadir kembali di sini, yang tentunya didasarkan pada pilihan jawaban pemain. Mulai dari pilihan yakin, takut, pemberani, bertanggung jawab, percaya, dan masih banyak lagi. Jawaban inilah yang akan menentukan apakah antar karakter dapat bekerja sama, menimbulkan perselisihan, dan sebagainya. Tidak hanya dihadapkan pada dua pilihan saja, pemain juga bisa memilih untuk tidak menjawab sama sekali terhadap situasi tertentu. Bahkan dengan memilih "Say Nothing" juga berdampak pada ujung cerita tentunya.




Selain QTE dialog, pemain juga akan dihadapkan dengan jenis interaktif lainnya. Misalnya ketika karakter harus bersembunyi dan tidak bersuara agar tidak ketahuan oleh karakter lain maupun makhluk mengerikan. Di situlah pemain harus menekan beberapa tombol layaknya bermain game rhythm untuk tetap diam atau mengendap-endap tergantung pada situasi apa yang sedang dihadapi. Sama seperti pilihan dialog, jika pemain ketahuan atau berhasil diam juga berpengaruh pada akhir cerita.




Di samping itu, ada juga QTE yang memungkinkan pemain untuk bereaksi lebih cepat ketika berada di momen yang sangat intens. Entah saat itu dikejar oleh makhluk mengerikan atau menyelamatkan seseorang. Pemain dituntut untuk menekan atau menahan tombol yang muncul pada momen tersebut. Ini selalu menjadi momen interaksi yang intens dan kami suka di setiap game horor Supermassive Games. Pasalnya QTE inilah yang membuat game seperti House of Ashes terasa menegangkan dan lebih hidup.




Seperti di game-game The Dark Pictures, mode co-op kembali lagi di House of Ashes. Game ini memberikan kesempatan bagi pemain untuk memilih mode mana yang diinginkan. Bisa dimainkan secara single player atau solo, dan juga bisa dengan local maupun online co-op. Untuk tingkat kesulitan, House of Ashes menghadirkan tiga jenis, yaitu Forgiving (easy), Challenging (medium), dan Lethal (hard).

Developing Karakter dan Jumpscare Menegangkan




Dalam House of Ashes, ada sebanyak lima karakter yang dapat dimainkan. Masing-masing karakter diceritakan secara melompat dari satu adegan ke adegan lain. Di antaranya adalah Rachel (yang dibintangi oleh aktris High School Musical, yakni Ashley Tisdale), Eric yang adalah pemimpin dari kelompok dan suami Rachel, Jason dan Nick yang merupakan Marinir, dan Salim. Tugas mereka hampir sama, yaitu bertahan hidup dan menyelamatkan satu sama lain dari pengalaman horor di kuil bawah tanah.




Pembangunan karakter kami akui masih menjadi titik terlemah di sepanjang The Dark Pictures Anthology, termasuk House of Ashes. Semisal momen Eric dan Rachel yang sebenarnya sudah pisah selama lebih dari setahun, dengan harapan bisa memperbaiki hubungan. Supermassive seharusnya bisa membangun karakter lebih dari itu, sehingga tidak terlihat seperti drama yang terlalu kaku. Bahkan, pemain juga bisa menebak apa yang terjadi jika salah seorang tentara Irak bertemu dengan Marinir. Tapi kembali lagi, semua itu tergantung pada pilihan pemain tentunya. Namun dibalik itu semua, Salim justru menjadi karakter favorit oleh banyak pemain.




Salim merupakan salah satunya tentara Irak yang dapat dimainkan di House of Ashes. Ia sendiri enggan dan berat hati sebagai Lieutenant Iraqi Ground Forces. Akan tetapi, karakternya digambarkan menonjol di sepanjang cerita House of Ashes. Supermassive bekerja dengan baik dalam memanusiakan Salim, meskipun dirinya berada di sisi yang berlawanan dengan Amerika. Interaksi Salim dengan karakter lainnya juga menghasilkan momen baik, dan tentunya siap membuat pemain untuk mempertahankannya sampai akhir cerita.




Selain karakter, kami juga mengapresiasi bagaimana Supermassive selalu memberikan kejutan menarik di sepanjang permainan. Unsur jumpscare yang ditawarkan tidak terkesan murahan dan muncul karena alasan tertentu. Mereka juga telah bekerja dengan baik dalam membangun ketegangan di sepanjang momen terbaiknya. Mulai dari pengambilan sudut pandang kamera, apalagi ketika berada di terowongan sempit, yang siap menambah ketakutan bagi para pemainnya.

BACA JUGA BERITA INI
close